Demi kelangsungan hidup keluarganya, Lie Dharmawan kecil sempat membantu ibunya berjualan kue, ia kagum terhadap perjuangan keras ibunya yang ia anggap tak pernah menyerah dan putus asa dalam menghadapi sesuatu juga sering mengasihi oranm-orang miskin di sekitarnya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa ibunya mempunyai filosofi seperti itu. Tekad Lie Dharmawan untuk menjadi dokter datang ketika ia melihat masyarakat disekitarnya sulit untuk pergi ke dokter di rumah sakit yang disebabkan karena faktor kemiskinan. Hal ini kemudian menyebabkan masyarakat terpaksa untuk pergi berobat ke dukun karena biayanya yang murah dan juga sebagai alternatif pengobatan. Sebab lain mengapa Lie Dharmawan ingin menjadi dokter karena ia melihat sendiri adiknya meninggal karena penyakit diare aku dan telambat ditangani oleh dokter. kedua hal itulah yang membuat lie darmawan bertekad kuat untuk menjadi dokter. Namun apadaya ketika di sekolah ia menyampaikan cita-citanya ingin menjadi dokter, ia hanya mendapatkan tertawaan dari teman temannya seisi kelas, disebabkan karena ia miskin sehingga tidak bisa masuk ke jurusan kedokteran. Namun kelak, ia benar benar membuktikan cita citanya itu.
Lie Dharmawan pun sadar bahwa cita citanya untuk menjadi dokter bisa dikatakan sangat berat, namun seberapa berat masalah jika dengan tekad kuat dan kerja keras pasti akan tercapai karena yang namanya kerja keras tak pernah menghianati pengorbanan, selalu ada hasil manis dari pengorbanan itu. Selain belajar dengan keras, setiap pukul enam pagi hari, ia selalu pergi ke gereja yang berada didekat sekolahnya dan kemudian berdoa dengan doa yang sama yang selalu ia ulang-ulang selama bertahun-tahun.
Di usianya yang ke 21 tahun, Lie Dharmawan pun mendaftarkan diri ke sekolah kedokteran di Berlin Barat, Jerman namun tanpa dukungan beasiswa. Dengan tekad yang kuat ia akhirnya diteriman di fakultas Kedokteran Free University, Berlin Barat. Dan untuk memenuhi biaya kuliah dan kehidupan sehari-harinya, Lie Dharmawan kemudian bekerja sebagai kuli bongkar muat barang. pada kesempatan lain, Lie juga bekerja di sebuah panti jompo yang salah satu tugasnya adalah membersihkan kotoran
orang tua berusia 80 tahunan.Lie Dharmawan pun sadar bahwa cita citanya untuk menjadi dokter bisa dikatakan sangat berat, namun seberapa berat masalah jika dengan tekad kuat dan kerja keras pasti akan tercapai karena yang namanya kerja keras tak pernah menghianati pengorbanan, selalu ada hasil manis dari pengorbanan itu. Selain belajar dengan keras, setiap pukul enam pagi hari, ia selalu pergi ke gereja yang berada didekat sekolahnya dan kemudian berdoa dengan doa yang sama yang selalu ia ulang-ulang selama bertahun-tahun.
"Tuhan, aku mau jadi dokter yang kuliah di Jerman"Di tahun 1965, Lie Dharmawan kemudian lulus SMA dengan prestasi yang cemerlang, berkali-kali ia mendaftar di fakultas kedokteran yang ada dipulau Jawa namun ia tidak pernah diterima. Kesempatan kuliah akhirnya ada ketika ia diterima masuk di fakultas Kodekteran di Universitas Res Publica (URECA) dimana universitas ini didirikan oleh para petinggi organisasi Badan Permusjawaratan Kewarganegaraan Indonesia tahun 1958 namun baru bebrapa hari kuliah, kampusnya dibakar oleh massa. Akhirnya ia tidak dapat melanjutkan kuliuahnya, dan Lie Dharmawan kemudian memutuskan untuk menjadi pekerja serabutan untuk mengupulkan uangnya membeli tiket ke Jerman untuk melanjutkan cita-citanya.
Di usianya yang ke 21 tahun, Lie Dharmawan pun mendaftarkan diri ke sekolah kedokteran di Berlin Barat, Jerman namun tanpa dukungan beasiswa. Dengan tekad yang kuat ia akhirnya diteriman di fakultas Kedokteran Free University, Berlin Barat. Dan untuk memenuhi biaya kuliah dan kehidupan sehari-harinya, Lie Dharmawan kemudian bekerja sebagai kuli bongkar muat barang. pada kesempatan lain, Lie juga bekerja di sebuah panti jompo yang salah satu tugasnya adalah membersihkan kotoran
Lie Dharmawan tetap berprestasi sekalipun sibuk bekerja, sehingga ia mendapat beasiswa, itu semua ia gunakan untuk biaya sekolah adik-adiknya. Tahun 1974, Lie berhasil menyelesaikan pendidikannya dan mendapat gelar M.D. (Medical Doctor). Empat tahun setelahnya, Lie sukses menyandang gelar Ph.D. Melalui perjuangan tanpa kenal lelah selama sepuluh tahun, Lie akhirnya lulus dengan membanggakan diaman ia lulus empat spesialisasi yakni ahli bedah umum, ahli bedah toraks, ahli bedah jantung dan ahli bedah pembuluh darah. Cita cita semasa kecilnya akhirnya tercapai.
Selama enam bulan Lie di Semarang kemudian ke RS Rajawali, Bandung. Tahun 1988, Lie berkarir di RS Husada, Jakarta hingga saat ini. Kegiatan sosial pertama Lie sebagai seorang dokter bedah di Indonesia dilakukan saat mengoperasi secara cuma-cuma seorang pembantu rumah tangga tahun 1988. Selanjutnya, Lie juga terus mengupayakan bedah jantung terbuka (bedah di mana jantung dihentikan dari pekerjaannya untuk dibuka untuk diperbaiki). Bedah semacam ini melawan arus karena butuh peralatan yang lebih canggih dan mahal, namun harus dilakukan dalam operasi skala besar. Tahun 1992, Lie akhirnya sukses melangsungkan bedah jantung terbuka untuk pertama kalinya di rumah sakit swasta di Jakarta.
Jangankan berobat, jika makan sehari-hari pun sulit. Kesadaran ini menerpa batin Lie begitu kuat hingga akhirnya bersama Lisa Suroso (yang juga aktivis Mei 1998) mendirikan sebuah organisasi nirlaba di bidang kemanusiaan dengan nama doctorSHARE atau Yayasan Dokter Peduli—sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba yang memfokuskan diri pada pelayanan kesehatan medis dan bantuan kemanusiaan. DoctorSHARE bekerja didasarkan pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan etika medis. DoctorSHARE memberikan pelayanan medis secara cuma-cuma di berbagai wilayah Indonesia. Selain pengobatan umum di berbagai sudut Indonesia, program awal DoctorSHARE adalah pendirian Panti Rawat Gizi) di Pulau Kei, Maluku Tenggara.
Dr Lie Darmawan tidak pernah lupa kata-kata Ibunya sejak kecil yang ia pegang terus sampai ia berhasil menjadi dokter dengan keahlian empat spesialis bedah.
"Lie, kalau kamu jadi dokter, jangan memeras orang kecil atau orang miskin. Mungkin mereka akan membayar kamu berapapun tetapi diam-diam mereka menangis di rumah karena tidak punya uang untuk membeli beras".
Inspirasi ini melekat kuat dalam benak Lie. Bersama DoctorSHARE, Lie mendirikan Rumah Sakit Apung (RSA) Swasta, yang diberi nama KM RSA DR. LIE DHARMAWAN. Pelayanan medis dalam RSA dilakukan dengan cuma-cuma. Dari koceknya, ia mewujudkan mimpi yang muskil, membangun rumah sakit apung. Kemudian berlayarlah Lie Dharmawan mengunjungi pulau-pulau kecil di Nusantara, mengobati ribuan warga miskin yang tak memiliki akses pada pelayanan medis. Tujuan didirikannya RSA ini adalah untuk melayani masyarakat yang selama ini kesulitan mendapat bantuan medis dengan segera karena kendala geografis dan finansial, terutama untuk kondisi darurat, khususnya bagi masyarakat prasejahtera yang tersebar di kepulauan di Indonesia. Rumah Sakit Apung milik dr. Lie hanyalah sebuah kapal sederhana yang terbuat dari kayu, yang di dalamnya disekat-sekat menjadi bilik-bilik yang diperuntukkan untuk merawat pasien-pasien inap ataupun pasien-pasien pasca operasi. Sehingga dr. Lie dianggap sebagai dokter gila, karena keberaniannya menggunakan kapal kayu mengarungi pelosok negeri ini untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu tetapi memerlukan pelayanan kesehatan segera. Biografi Tokoh Dunia
Referensi :
- http://www.kickandy.com/heroes/site/profil/08
- http://igi.fisipol.ugm.ac.id/index.php/en/unfgi/figure/400-lie-a-dharmawan-dokter-gila-untuk-kaum-papa
- http://m.kompasiana.com/post/read/639998/2/dokter-gila-pengabdi-negeri.html
No comments:
Post a Comment
Official Virgozta