Nama : SURIYAH S
N I M : 01041504
Sekolah : STT Lintas Budaya
Mata Kuliah : Apologetika Kristen
Dosen : Bapak Tutur PT Panjaitan, M.Th
Tugas : Membuat Laporan Baca Buku Ebenhaizer I Nuben Timo
Aku Memahami yang Aku Imani
1
ALLAH YANG MENGULANG DIRI
TIGA KALI:
SIAPA DAN BAGAIMANA
ALLAH TRITUNGGAL ITU?
1.
Akar dari Semua Dogma
Ajaran tentang Allah Tritungal
merupakan dogma yang membedakan ajaran Kristen tentang Allah dari ajaran
tentang Allah yang ada dalam agama dan keyakinan lain Pernyataan ini keluar
dari mulut seorang teolog besar abad ke-20, Karl Barth.l Dogma ini merupakan
inti dari iman Kristen, akar dari semua dogma dan seluruh aktivitas bergereja.
la memiliki tempat dan fungsi yang unik di antara dogma-dogma Kristen lainnya.
Dari dogma ini semua dogma lain berasal dan memperoleh maknanya. Tanpa ajaran
tentang Allah Tritunggal, pemahaman Kristen tentang semua hal dalam iman Kristen
tidak memiliki keunikan apa-apa. Tanpa iman kepada Allah Tritunggal, ibadah dan
penyembahan Kristen hampa, tak bermakna, dan kehilangan pengharapan.
2
DOKTRIN TRINITAS SEBAGAI MODEL
KEBHINEKAAN MASYARAKAT
1.
Ideal Bhineka Tunggal Ika menurut UUD '45
Kita berbeda-beda, tetapi satu.
Bhineka Tunggal Ika. Ini semboyan para pendiri negara kesatuan Indonesia.
Dengan ungkapan ini, para pemula bangsa kita ingin memberi tekanan yang
berimbang pada kebhinekaan dan kesatuan dalam penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bermasyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh T B. Simatupang
bahwa hal ini bukanlah hal sepele, mengingat negara yang diproklamasikan pada
tanggal 17 Agustus 1945 adalah negara yang penuh kontradiksi. Secara geografis,
Indonesia adalah negara yang paling terpecah-pecah di kolong langit, yaitu
dengan 13.667 pulau. Dari sudut bahasa, budaya, dan agama, Indonesia juga
termasuk negara paling majemuk di dunia. Ada kira-kira 250 bahasa dan 30
kelompok etnis. Masing-masing kelompok cukup kuat secara jumlah, dan yang tidak
boleh dilupakan, tiap-tiap kelompok mempunyai kepribadian, bahasa, dan agama
sendiri-sendiri. Sulit untuk membayangkan kesatuan dari kenyataan yang sangat
berbhineka itu. Walaupun demikian beragam, Indonesia adalah satu. Ini
kontradiksinya. Apabila kita simak lebih jauh, kesatuan negara Indonesia sangat
rawan mengingat kesatuan itu tidak timbul dari kesadaran batin tiap kelompok.
Kesatuan itu terjadi karena wilayah yang luas itu pernah menjadi tempat tinggal
penjajah.
3
PEKERJAAN ROH KUDUS
DALAM JEMAAT:
DIALOG IMAJINER ANTARA PAULUS, LUKAS,
MATIUS, DAN YOHANES
Bagian Pertama : Ceramah Paulus
Moderator : Belakangan
ini, persoalan tentang Roh Kudus dan pekerjaan-Nya dalam jemaat ramai
dipercakapkan, bahkan membingungkan warga jemaat. Menyikapi hal ini, kami
berinisiatif mengundang beberapa pembicara untuk mendiskusikan hal ini. Tidak
tanggung-tanggung, kami mengundang para penulis kitab Perjanjian Baru (PB),
terutama mereka yang banyak berbicara hal ini.
Disisi kiri
saya adalah Rasul Paulus yang menggumuli persoalan ini dalam surat-suratnya,
seperti yang saudara-saudara bisa baca dalam PB. Karena usahanya untuk memberi
pemahaman yang jelas mengenai Roh Kudus dan pekerajaan-Nya, Paulus sering
disebut sebagai : “Rasul Roh Kudus”. Disamping Paulus ada Lukas. Ia menulis
Kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Beberapa ahli PB masa kini mengusulkan
supaya nama kita yang ia tulis diubah. Kitab Lukas diganti menjadi “Kitab
Pekerjaan Roh Kudus Melalui Yesus”, sedangkan kisah para Rasul menjadi “Kitab
Pekerjaan Roh Kudus Melalui Rasul-rasul”. Ini dikarenakan dalam kedua Kitab
ini, Lukas memberi perhatian yang sangat besar terhadap karya Roh Kudus.
Disamping kanan saya adalah Matius, penulis kitab yang terdapat pada halaman
pertama PB. Selanjutnya, diujung paling kiri saya adalah Yohanes, penulis Kitab
Injil ke empat dalam PB.
4
MENGUJI ROH
1.
Pendahuluan
Dalam surat kepada
jemaat di Korintus Paulus menulis hal berikut tentang karunia-karunia Roh, “ada
rupa-rupa karunia, tapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu
Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang
mengerjakan semua dalam semua orang” (1 Kor. 12:4-6).
Adanya
kepebagaian karunia dalam jemaat dan dalam dunia merupakan anugerah terindah
dan berkat yang patut kita syukuri. Kepelbagaian karunia Roh yang dilimpahkan
Allah kepada jemaat ternyata merupakan potensi yang sangat berguna bagi
pembangunan jemaat dan masyarakat. Karunia-karunia ini banyak manfaatnya, baik
dalam komunitas gerejawi maupun dalam komunitas non-gerejawi lainnya.
Meskipun
begitu, patut juga untuk kita catat bahwa ada sisi negatif dari kenyataan ini.
Adanya berbagai karunia roh bukan hanya mendatangkan berkat. Itu juga merupakan
sumber keresahan, pokok perdebatan dan bidang pertikaian. Dalam konteks
kehidupan bergereja, kesadaran bahwa karunia Roh diberikan Allah secara merata
dan sama kepada tiap orang percaya menyebabkan munculnya banyak denominasi
Kristen saat ini.
Dari informasi
terakhir yang sempat saya ketahui, saat ini di Indonesia ada 324 denominasi
Kristen, sedangkan di Nusa Tenggara Timur ada 22 denominasi.
5
BAPTISAN ROH MENURUT ALKITAB
1.
Sebuah Pengalaman Baru
Seorang teman
semasa SMA bercerita kepada saya tentang pengalamannya saat menerima baptisan
dalam Roh Kudus. Sewaktu bersekolah dulu, ia jarang sekali mengunjungi ibadah
jemaat. Ia sudah menerima baptisan ketika masih kanak-kanak berdasarkan janji
dan pengakuan dari orangtuanya. Namun, kehidupannya sehari-hari jauh dari yang
diharapkan sebagaimana layaknya seorang Kristen. Ia memiliki pacar lebih dari 3
orang, dan caranya berpacaran boleh dibilang telah melewati batas-batas
kewajaran. Itulah yang ia ceritakan kepada saya sewaktu masih bersama-sama di
SMA.
Setelah sepuluh tahun berpisah, kami
bertemu dalam suatu acara pernikahan. Dalam pertemuan itu, ia berkisah bahwa ia
telah menerima “hidup yang baru”. Itu ditandai dengan pengalamannya di baptis
dalam Roh Kudus. Saya sedikit heran mendengar kisahnya. Saya pun bertanya, “
bagaimana engkau tahu bahwa engkau di baptis dalam Roh Kudus?” dengan tegas ia
menunjukan kepada saya bukunya di baptis dalam Roh Kudus dapat dilihat dari
pengalaman-pengalaman spiritual yang unik, terutama dalam kepemilikan
karunia-karunia istimewa, misalnya “berkata-kata dengan bahasa Roh” seperti
yang dialami oleh para Rasul pada hari Pentakosta yang pertama.
6
KAMI MEMBAPTIS DENGAN MEMERCIK
1.
Pengertian Baptisan
Kata “baptisan”
berasal dari bahasa latin baptismus atau
baptisma. Dalam PB, yang asli ditulis
dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai untuk membaptis adalah baptizo. Kedua kata ini mempunyai arti
yang sama, yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya : menyelamkan dan mencelupkan, tapi bisa juga membasuh
atau membersihkan. Dalam Gereja,
baptisan dipakai untuk menunjuk pada peristiwa dimana seseorang memberi diri
sebagai pengikut Kristus, dan karena itu menjadi bagian dari tubuh Kristus.
Tanda atau bukti penyerahan diri menjadi pengikut Kristus biasanya dilakukan
melalui upacara baptisan.
Baptisan dilakukan dalam persekutuan
atau ibadah jemaat. Tidaklah benar jika baptisan dilakukan secara diam-diam
(rahasia) dan hanya dihadiri oleh pendeta (pastor atau imam) dan calon
baptisan. Ini kecenderungan yang banyak terjadi dalam Gereja Protestan. Ritus
ini adalah akta jemaat. Dalam pelaksanaanya, pendeta atas nama dan disaksikan
oleh jemaat (umat) membawa orang yang menyerahkan diri untuk menjadi pengikut
Kristus ke satu tempat dimana terdapat air, lalu menyelamkan atau membasuh yang
bersangkutan ke dalam atau dengan air.
7
MENGENAL DAN MENYIKAPI KELOMPOK DOA
1.
Pendahuluan
Belakangan ini,
kelompok doa menjamur dalam jemaat lokal. Tidak lengkap untuk berbicara tentang
Gereja tanpa mendiskusikan keberadaan kelompok doa. Banyak pendeta dan majelis
jemaat mengeluhkan adanya kelompok ini, tetapi tidak sedikit pula yang memberi
apresiasi dan ambil bagian di dalamnya. Kelompok yang terakhir ini mengizinkan
ataupun terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok doa. Walaupun begitu, ini
tidak berarti mereka menerima begitu saja ajaran serta praktik-praktik di
dalamnya. Diam-diam ada dari mereka yang mengeluh, bahkan tidak setuju atau
menolak ajaran atau pemahaman tertentu yang berkembang dalam kelompok doa.
Tidak sedikit dari mereka yang terlibat di dalamnya memberikan arah sekaligus
meluruskan ajaran-ajaran atau praktik-praktik yang dianggap menyimpang.
Dalam bab ini, saya mengajak pembaca
untuk mencermati dan memahami secara singkat apa itu kelompok doa,
sebab-musabab keberadaanya dalam jemaat, apa ajaran-ajaranya, dan bagaimana
para fungsionaris Gereja menghadapinya.
2.
Apakah Kelompok Doa Itu?
Saya tidak akan
membuat definisi kelompok doa. Yang akan saya buat adalah memberikan gambaran
visual mengenai kelompok doa. Orang-orang berkumpul untuk berdoa bersama,
memuji Tuhan, dan membaca serta berbagai pemahaman tentang ayat-ayat Alkitab
dibawah pimpinan seorang senior merupakan kegiatan yang biasa.
Kesimpulan dari Buku :
Aku Memahami yang Aku Imani
Buku ini merupakan upaya penulis
untuk merelasikan secara kreatif dan dialektis antara apa yang diimani dan apa
yang dipikirkan, atau antara iman dan nalar. Di manakah titik singgung antara
iman dan nalar tersebut? Jelas dalam buku ini penulis memperlihatkan bahwa
realitas konteks sehari-hari yang dijalaninya merupakan arena kontestasi dalam
mengejawantahkan iman dan nalar secara kreatif. Iman itu sendiri berpijak pada
suatu fondasi sejarah dan tradisi gerejawi di mana penulis berada. Sementara
nalar memikirkan dengan serius dan sistematis pergumulan kontekstual yang
dihadapi masyarakat di mana penulis hidup bersama orang-orang lain.
Kekuatan utama buku ini adalah
kemampuan penulis untuk secara konsisten merelasikan pemahaman imannya (dengan
seluruh tradisi ajaran gerejawinya) dengan pergulatan konteks keseharian
hidupnya dan masyarakatnya. Itulah yang membuat buku ini patut dibaca oleh
setiap orang Kristen yang bertekad setia kepada iman dan tradisi gerejawinya
tanpa menegasi akar-akar kontekstual kehidupannya di dunia. Hampir seluruh
tulisannya yang dirajut dalam buku ini menggambarkan dengan sangat gamblang
pergulatan tersebut. Konsep Trinitas yang nyaris sepanjang sejarah gereja
menjadi bahan perdebatan tak berkesudahan oleh penulis coba untuk dijadikan
pijakan memahami betapa realitas kemajemukan itu merupakan matra yang tak
terhindarkan. Demikian penulis, “Ajaran Trinitas muncul dari pengalaman
pergaulan manusia dengan Allah… Ia bermula dari pengalaman barulah menjadi
doktrin.
No comments:
Post a Comment
Official Virgozta