Monday, June 12, 2017

Tugas Meringkas Buku Ebenhaizer 1 Nuben Timo "Aku Memahami yang Aku Imani"



Nama               : SURIYAH S
N I M              : 01041504
Sekolah           : STT Lintas Budaya
Mata Kuliah    : Apologetika Kristen  
Dosen              : Bapak Tutur PT Panjaitan, M.Th
Tugas              : Membuat Laporan Baca Buku Ebenhaizer I Nuben Timo
                          Aku Memahami yang Aku Imani

1
ALLAH YANG MENGULANG DIRI
TIGA KALI:
SIAPA DAN BAGAIMANA
ALLAH TRITUNGGAL ITU?

1.      Akar dari Semua Dogma
Ajaran tentang Allah Tritungal merupakan dogma yang membedakan ajaran Kristen tentang Allah dari ajaran tentang Allah yang ada dalam agama dan keyakinan lain Pernyataan ini keluar dari mulut seorang teolog besar abad ke-20, Karl Barth.l Dogma ini merupakan inti dari iman Kristen, akar dari semua dogma dan seluruh aktivitas bergereja. la memiliki tempat dan fungsi yang unik di antara dogma-dogma Kristen lainnya. Dari dogma ini semua dogma lain berasal dan memperoleh maknanya. Tanpa ajaran tentang Allah Tritunggal, pemahaman Kristen tentang semua hal dalam iman Kristen tidak memiliki keunikan apa-apa. Tanpa iman kepada Allah Tritunggal, ibadah dan penyembahan Kristen hampa, tak bermakna, dan kehilangan pengharapan.

2
DOKTRIN TRINITAS SEBAGAI MODEL
KEBHINEKAAN MASYARAKAT

1.      Ideal Bhineka Tunggal Ika menurut UUD '45
Kita berbeda-beda, tetapi satu. Bhineka Tunggal Ika. Ini semboyan para pendiri negara kesatuan Indonesia. Dengan ungkapan ini, para pemula bangsa kita ingin memberi tekanan yang berimbang pada kebhinekaan dan kesatuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh T B. Simatupang bahwa hal ini bukanlah hal sepele, mengingat negara yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah negara yang penuh kontradiksi. Secara geografis, Indonesia adalah negara yang paling terpecah-pecah di kolong langit, yaitu dengan 13.667 pulau. Dari sudut bahasa, budaya, dan agama, Indonesia juga termasuk negara paling majemuk di dunia. Ada kira-kira 250 bahasa dan 30 kelompok etnis. Masing-masing kelompok cukup kuat secara jumlah, dan yang tidak boleh dilupakan, tiap-tiap kelompok mempunyai kepribadian, bahasa, dan agama sendiri-sendiri. Sulit untuk membayangkan kesatuan dari kenyataan yang sangat berbhineka itu. Walaupun demikian beragam, Indonesia adalah satu. Ini kontradiksinya. Apabila kita simak lebih jauh, kesatuan negara Indonesia sangat rawan mengingat kesatuan itu tidak timbul dari kesadaran batin tiap kelompok. Kesatuan itu terjadi karena wilayah yang luas itu pernah menjadi tempat tinggal penjajah.


3
PEKERJAAN ROH KUDUS
DALAM JEMAAT:
DIALOG IMAJINER ANTARA PAULUS, LUKAS,
MATIUS, DAN YOHANES

Bagian Pertama : Ceramah Paulus
Moderator : Belakangan ini, persoalan tentang Roh Kudus dan pekerjaan-Nya dalam jemaat ramai dipercakapkan, bahkan membingungkan warga jemaat. Menyikapi hal ini, kami berinisiatif mengundang beberapa pembicara untuk mendiskusikan hal ini. Tidak tanggung-tanggung, kami mengundang para penulis kitab Perjanjian Baru (PB), terutama mereka yang banyak berbicara hal ini.
Disisi kiri saya adalah Rasul Paulus yang menggumuli persoalan ini dalam surat-suratnya, seperti yang saudara-saudara bisa baca dalam PB. Karena usahanya untuk memberi pemahaman yang jelas mengenai Roh Kudus dan pekerajaan-Nya, Paulus sering disebut sebagai : “Rasul Roh Kudus”. Disamping Paulus ada Lukas. Ia menulis Kitab Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Beberapa ahli PB masa kini mengusulkan supaya nama kita yang ia tulis diubah. Kitab Lukas diganti menjadi “Kitab Pekerjaan Roh Kudus Melalui Yesus”, sedangkan kisah para Rasul menjadi “Kitab Pekerjaan Roh Kudus Melalui Rasul-rasul”. Ini dikarenakan dalam kedua Kitab ini, Lukas memberi perhatian yang sangat besar terhadap karya Roh Kudus. Disamping kanan saya adalah Matius, penulis kitab yang terdapat pada halaman pertama PB. Selanjutnya, diujung paling kiri saya adalah Yohanes, penulis Kitab Injil ke empat dalam PB.
4
MENGUJI ROH

1.      Pendahuluan
Dalam surat kepada jemaat di Korintus Paulus menulis hal berikut tentang karunia-karunia Roh, “ada rupa-rupa karunia, tapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semua dalam semua orang” (1 Kor. 12:4-6).
Adanya kepebagaian karunia dalam jemaat dan dalam dunia merupakan anugerah terindah dan berkat yang patut kita syukuri. Kepelbagaian karunia Roh yang dilimpahkan Allah kepada jemaat ternyata merupakan potensi yang sangat berguna bagi pembangunan jemaat dan masyarakat. Karunia-karunia ini banyak manfaatnya, baik dalam komunitas gerejawi maupun dalam komunitas non-gerejawi lainnya.
Meskipun begitu, patut juga untuk kita catat bahwa ada sisi negatif dari kenyataan ini. Adanya berbagai karunia roh bukan hanya mendatangkan berkat. Itu juga merupakan sumber keresahan, pokok perdebatan dan bidang pertikaian. Dalam konteks kehidupan bergereja, kesadaran bahwa karunia Roh diberikan Allah secara merata dan sama kepada tiap orang percaya menyebabkan munculnya banyak denominasi Kristen saat ini.
Dari informasi terakhir yang sempat saya ketahui, saat ini di Indonesia ada 324 denominasi Kristen, sedangkan di Nusa Tenggara Timur ada 22 denominasi.


5
BAPTISAN ROH MENURUT ALKITAB

1.      Sebuah Pengalaman Baru
Seorang teman semasa SMA bercerita kepada saya tentang pengalamannya saat menerima baptisan dalam Roh Kudus. Sewaktu bersekolah dulu, ia jarang sekali mengunjungi ibadah jemaat. Ia sudah menerima baptisan ketika masih kanak-kanak berdasarkan janji dan pengakuan dari orangtuanya. Namun, kehidupannya sehari-hari jauh dari yang diharapkan sebagaimana layaknya seorang Kristen. Ia memiliki pacar lebih dari 3 orang, dan caranya berpacaran boleh dibilang telah melewati batas-batas kewajaran. Itulah yang ia ceritakan kepada saya sewaktu masih bersama-sama di SMA.
Setelah sepuluh tahun berpisah, kami bertemu dalam suatu acara pernikahan. Dalam pertemuan itu, ia berkisah bahwa ia telah menerima “hidup yang baru”. Itu ditandai dengan pengalamannya di baptis dalam Roh Kudus. Saya sedikit heran mendengar kisahnya. Saya pun bertanya, “ bagaimana engkau tahu bahwa engkau di baptis dalam Roh Kudus?” dengan tegas ia menunjukan kepada saya bukunya di baptis dalam Roh Kudus dapat dilihat dari pengalaman-pengalaman spiritual yang unik, terutama dalam kepemilikan karunia-karunia istimewa, misalnya “berkata-kata dengan bahasa Roh” seperti yang dialami oleh para Rasul pada hari Pentakosta yang pertama.


6
KAMI MEMBAPTIS DENGAN MEMERCIK

1.      Pengertian Baptisan
Kata “baptisan” berasal dari bahasa latin baptismus atau baptisma. Dalam PB, yang asli ditulis dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai untuk membaptis adalah baptizo. Kedua kata ini mempunyai arti yang sama, yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya : menyelamkan dan mencelupkan, tapi bisa juga membasuh atau membersihkan. Dalam Gereja, baptisan dipakai untuk menunjuk pada peristiwa dimana seseorang memberi diri sebagai pengikut Kristus, dan karena itu menjadi bagian dari tubuh Kristus. Tanda atau bukti penyerahan diri menjadi pengikut Kristus biasanya dilakukan melalui upacara baptisan.
Baptisan dilakukan dalam persekutuan atau ibadah jemaat. Tidaklah benar jika baptisan dilakukan secara diam-diam (rahasia) dan hanya dihadiri oleh pendeta (pastor atau imam) dan calon baptisan. Ini kecenderungan yang banyak terjadi dalam Gereja Protestan. Ritus ini adalah akta jemaat. Dalam pelaksanaanya, pendeta atas nama dan disaksikan oleh jemaat (umat) membawa orang yang menyerahkan diri untuk menjadi pengikut Kristus ke satu tempat dimana terdapat air, lalu menyelamkan atau membasuh yang bersangkutan ke dalam atau dengan air.



7
MENGENAL DAN MENYIKAPI KELOMPOK DOA

1.      Pendahuluan
Belakangan ini, kelompok doa menjamur dalam jemaat lokal. Tidak lengkap untuk berbicara tentang Gereja tanpa mendiskusikan keberadaan kelompok doa. Banyak pendeta dan majelis jemaat mengeluhkan adanya kelompok ini, tetapi tidak sedikit pula yang memberi apresiasi dan ambil bagian di dalamnya. Kelompok yang terakhir ini mengizinkan ataupun terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok doa. Walaupun begitu, ini tidak berarti mereka menerima begitu saja ajaran serta praktik-praktik di dalamnya. Diam-diam ada dari mereka yang mengeluh, bahkan tidak setuju atau menolak ajaran atau pemahaman tertentu yang berkembang dalam kelompok doa. Tidak sedikit dari mereka yang terlibat di dalamnya memberikan arah sekaligus meluruskan ajaran-ajaran atau praktik-praktik yang dianggap menyimpang.
Dalam bab ini, saya mengajak pembaca untuk mencermati dan memahami secara singkat apa itu kelompok doa, sebab-musabab keberadaanya dalam jemaat, apa ajaran-ajaranya, dan bagaimana para fungsionaris Gereja menghadapinya.
2.      Apakah Kelompok Doa Itu?
Saya tidak akan membuat definisi kelompok doa. Yang akan saya buat adalah memberikan gambaran visual mengenai kelompok doa. Orang-orang berkumpul untuk berdoa bersama, memuji Tuhan, dan membaca serta berbagai pemahaman tentang ayat-ayat Alkitab dibawah pimpinan seorang senior merupakan kegiatan yang biasa.
Kesimpulan dari Buku :
Aku Memahami yang Aku Imani

Buku ini merupakan upaya penulis untuk merelasikan secara kreatif dan dialektis antara apa yang diimani dan apa yang dipikirkan, atau antara iman dan nalar. Di manakah titik singgung antara iman dan nalar tersebut? Jelas dalam buku ini penulis memperlihatkan bahwa realitas konteks sehari-hari yang dijalaninya merupakan arena kontestasi dalam mengejawantahkan iman dan nalar secara kreatif. Iman itu sendiri berpijak pada suatu fondasi sejarah dan tradisi gerejawi di mana penulis berada. Sementara nalar memikirkan dengan serius dan sistematis pergumulan kontekstual yang dihadapi masyarakat di mana penulis hidup bersama orang-orang lain.
Kekuatan utama buku ini adalah kemampuan penulis untuk secara konsisten merelasikan pemahaman imannya (dengan seluruh tradisi ajaran gerejawinya) dengan pergulatan konteks keseharian hidupnya dan masyarakatnya. Itulah yang membuat buku ini patut dibaca oleh setiap orang Kristen yang bertekad setia kepada iman dan tradisi gerejawinya tanpa menegasi akar-akar kontekstual kehidupannya di dunia. Hampir seluruh tulisannya yang dirajut dalam buku ini menggambarkan dengan sangat gamblang pergulatan tersebut. Konsep Trinitas yang nyaris sepanjang sejarah gereja menjadi bahan perdebatan tak berkesudahan oleh penulis coba untuk dijadikan pijakan memahami betapa realitas kemajemukan itu merupakan matra yang tak terhindarkan. Demikian penulis, “Ajaran Trinitas muncul dari pengalaman pergaulan manusia dengan Allah… Ia bermula dari pengalaman barulah menjadi doktrin.

No comments:

Post a Comment

Official Virgozta