Monday, June 12, 2017

Tugas Ringkasan Memahami Buku Perjanjian Baru Alkitab



MEMAHAMI PERJANJIAN BARU

A. LATAR BELAKANG
1.                  DUNIA PERJANJIAN BARU
Perjanjian Baru menceritakan tentang salah satu gerakan agama dan sosial yang paling menarik di dunia. Isinya seperti perpustakaan kecil yang terdiri dari surat-surat pribadi, kitab-kitab sejarah dan teologi. Kitab-kitab ini ditulis oleh berbagai penulis pada waktu dan tempat yang berlainan di kekaisaran Roma selama abad pertama Masehi. Tetapi semua merupakan bagaian dari kisah yang sama, yang mencerminkan semangat dan pengabdian para pengikut Yesus Kristus mula-mula.
Tidak satu pun kitab kuno yang begitu besar pengaruhnya hingga masa kini. Menurut standar moderen, para penulisnya berpendidikan rendah, namun jutaan orang membaca Perjanjian Baru secara teratur dan menemukan di dalamnya inspirasi bagi kehidupan sehari-hari. Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis di daerah terpencil kekaisaran Roma kuno tetapi ternyata beritanya tetap relevan bagi orang-orang dengan berbagai latar belakang budaya di segala waktu dan tempat.

     1.1 Permulaan Kekristenan
     Semua ini dimulai hanya dengan kehidupan satu orang yang begitu mengesankan, yakni Yesus Kristus dari Nazaret. Ia dilahirkan kira-kira tahun 4 Sm dalam sebuah keluarga Yahudi dari golongan pekerja biasa (Mat. 2;1; Luk. 2;1-7). Ia terkenal sebagai guru agama dan menjadi sorotan khalayak ramai hanya selama tiga tahun sebelum Ia menjalani hukuman mati secara tragis pada kayu salib di tangan penguasa Roma (Luk. 23:33).
Cerita-cerita mengenai Yesus dalam kitab-kitab Injil mengisahkan bagaimana Ia sendiri mempunyai dua belas pengikut yang khusus (Mat. 10:1-4) walaupun diceritan juga bahwa sering ribuan orang berkumpul untuk mendengar pengajaran-Nya (Mrk. 6:30-44; 8:1-9).
     a. Kepercyaan Baru
Dalam kurun waktu dua puluh setelah Yesus Kristus disalibkan, di setiap pusat peradaban Romawi sekurang-kurangnya ada satu kelompok pengikut-Nya. Ada orang Kristen di kota Roma, Korintus, Efesus, Filipi, Antiokhia, di Siria dan banyak kota lain di sekitar Laut Tengah – juga di tempat-tempat yang jauh seperti Aleksandria di Mesir, Etopia ataupun Bizantium (Kis. 8:26-36).
Mungki tidak semua mereka Kristen. Tetapi banyak dari antara mereka menjadi Kristen dan dalam waktu singkat pengikut-pengikut Yesus yang baru ini mulai membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan di sekitarnya, bahkan di kota Roma.
b. Pertentangan
Tidak berselang lama, perhatian “pers” di dunia Romawi dialihkan pada pengikut-pengikut Yesus. “Orang-orang Kristen membentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia diantara mereka sendiri, yang berada di luar sistem hukum. Para pengikut Yesus percaya bahwa Ia tidak mati, melainkan hidup, sehingga mereka bersedia mengambil resiko yang sangat besar untuk menyebarkan pemberitaan-Nya. Pemukulan, pemenjaraan, kapal karam dan segala macam penganiayaan – malahan maut pun merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan jemaat mula-mula (Kis. 12:1-5;2 Kor. 11:23-27). Dan hasil-hasilnya memang luar biasa.
c.Merombak dunia
Sama seperti murid-murid-Nya yang mula-mula, Yesus sendiri adalah seorang Yahudi – dan walaupun di beberapa tempat dalam kekaisaran Roma agama Yahudi dihormati, pada umumnya orang Yahudi yang tinggal di Palestina diangga sebagai bangsa yang tidak dapat mengerti, fanatik dan serba timpang. Tidak mudah bagi mereka untuk dapat di terima di Yurusalem, ibu kota agama setempat. Belum lagi masalh-masalah yang mereka hadapi dalam berkomunikasi dengan orang Yunani dan Romawi yang mengecap pendidikan yang baik di dunia luar yang lebih luas. Namun inilah yang terjadi: sebagai suatu gerakan yang mulai secara spontan di daerah pinggiran peradaban Romawi mereka tiba-tiba menjadi kekuatan sosial dan politik serta agama yang penting di pusat kaisar Roma.

1.2 Warisan Yunani
Tidak ada peradaban yang muncul begitu saja. Kita semua merupakan ahli waris masa lampau. Dalam dunia orang Kristen mula-mula, yang berkuasa adalah pemerintahan kekaisaran Roma. Tetapi kebudayaan Romawi berasal dari dunia yang lain sama sekali. Sebab, dunia kekaisaran Roma sebenarnya di mulai tiga ratus tahun sebelum zaman Yesus, yakni ketika Iskandar atau Aleksander Agung (356 – 323 Sm), salah seorang penguasanya yang pertama mendirikan kerajaan dunia.
Aleksander cepat sekali termasyhur. Pada mulanya ia hanyalah putra seorang penguasa daerah yang tidak terkenal di Makedonia bagian utara negara Yunani modern. Tetapi sebagai seorang panglima, ia begitu brilian sehingga ia sanggup mengalahkan tentara-tentara yang lebih tersohor dari tentaranya sendiri, dan menjadikan dirinya kaisar tanpa tandingan di seluruh dunia yang di kenal oleh orang-orang yang mendiami negara-negara disekitar Laut Tengah pada waktu itu.
a. Helenisme
Oktavinus sendiri adalah seorang ahli strategi yang brilian. Tetapi keberhasilannya banyak ditentukan oleh adanya kesatuan budaya yang luas di antara negara-negara yang ditaklukkannya. Di bagian timur maupun di barat, orang menaruh harapan-harapan yang sama, mempunyai kesempatan pendidikan yang serupa dan pandangan hidup yang hampir sama. Mereka malah memakai bahasa yang sama, yakni bahasa Yunani.
b. Filsafat
Aleksander telah diilhami oleh rasa cinta terhadap para filsuf Yunani yang besar. Walaupun pada zaman perjanjian baru pada masa kejayaan mereka telah berlalu. Dari segi intelektual, generasi yang menggantikan para pemikir kreatif yang pertama itu tidak sama kalibernya, dan fisafat yang sedang berkembang banyak membicarakan secara terinci hal-hal yang bagi orang biasa tampaknya tidak penting dan tidak relevan.
c. Agama
Banyak orang merasa lebih wajar untuk mencari makna hidup melalui agama. Memang bagi mereka yang sungguh-sungguh menganut Helenisme hampir tidak ada lagi yang pasti didalam hidup mereka. Di satu sisi, para filsuf telah menciptakan sistem-sistem pemikiran yang sering sangat sulit dimengerti, di sisi lain mereka juga mempertanyakan banyak kepercayaan tradisional. Ada yang masih menyembah dewi-dewi Yunani dan Romawi kuno.
Di negara-negara pada pinggiran timur dunia Helenis terdapat agama-agama kuno. Wajar saja jika orang-orang barat ingin tahu mengenai agama-agama itu – apalagi bila agama-agama tersebut kelihatannya sejalan dengan kesimpulan-kesimpulan filsafat Yunani yang dapat dimengerti.




1.3 Yudaisme dalam Kekaisaran Roma
Banyak orang dewasa ini menganggap Palestina sebagai negara orang Yahudi pada zaman Perjanjian Baru. Tetapi sebenarnya mungkin sekali lebih banyak orang Yahudi tinggal di kota seprti Aleksandria di Mesir daripada di Yurusalem sendiri.
Pada zaman Perjanjian Lama, tanah dan rakyat Israel merupakan satu kesatuan geografis dan nasional yang berdiri sendiri. Perjanjian Lama pada umumnya mengisahkan tentang bagaimana leluhur orang Israel dikumpulkan dari berbagai tempat di Timur Tengah, untuk dipersatukan dalam warisanya bersama, yakni tanah kenaan yang dijanjikan. Teatapi pada zaman Yesus prosesnya sedang berlangsung sebaliknya, karena orang-orang Yahudi tinggal di seluruh dunia yang dikenal pada zaman itu. Penyebatan atau “perantauan” ini, telah dimulai beberapa abad sebelumnya, yakni pada tahun 586 sM. Ketika Nebukadnezar, raja Babel, menyerang kerajaan Yehuda.

1.4 Palestina dan Rakyatnya
Ketika Aleksander menaklukan dunia purba, kebanyakan negara patuh pada kebijaksanaan Helenisme. Bagi mereka politik dan keyakinan agama yang dianut secara teguh tidak pernah dapat diperdamaikan dengan mudah. Ia harus disembah tanpa berhala-berhala dan menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan dengan cermat. Bangsa-bangsa lain dapat menyatakan kesetiaanya terhadap Zeus hanya dengan menyembahnya di samping dewa-dewi mereka.
a. helenisme dan yudaisme
Semua masalah ini memuncak, di bawah pemerintahan penguasa Yunani, Antiokhus IV Epiphanes (175 – 164 sM), setelah kematian aleksander. Antiokhus adalah seorang anggota dinasti Selusid, dan pendahuluan-pendahuluannya selalu memberi otonomi yang besar kepada imam besar yang berkuasa di Yerusalem. Sayang sekali jabatan imam besar itu menjadi perebutan kekuasaan di kalangan sendiri pada waktu Antiokhus menderita kekalahan yang memalukan di Mesir dari orang-orang Romawi (168 sM).
b. Orang-orang Yahudi dan Romawi
Semuanya itu terjadi hampir dua ratus tahun sebelum zaman Yesus. Sementara itu orang Yunani telah diganti oleh orang Romawi sebagai pihak adikuasa. Tetapi tekad orang Yahudi di Palestina tidak pernah surut untuk melawan kompromi dalam bidang agama, dan kalau mungkin, mempertahankan hak-hak mereka untuk merdeka.
Keberhasilan mereka melawan Antiokhus menunjukkan kekuasaan mereka masih perlu diperhitungkan. Orang-orang Romawi mempunyai tugas yang tidak mudah di Palestina. Sebab, Palestina merupakan pos perbatasan bagi seluruh kerajaan mereka, dan keamanan yang langgeng di negeri itu sangat penting bagi mereka.
c. Herodes Agung
Kisah bagimana Herodes sampai berkuasa dan memerintah, merupakan cerita klasik tentang persekongkolan dan kekejaman. Sebagai seorang raja ia memperlihatkan pribadi yang aneh, suatu paduan antara kecemerlangan diplomatik dengan kebodohan yang hampir-hampir tak masuk akal. Sama seperti penguasa lalim lainnya, ia tidak ragu-ragu membunuh keluarganya sekalipun. Mariamne, dihukum mati atas perintahnya; dan ia terlibat dalam pembunuhan dua putranya sendiri, Aleksander dan Aristobulus.
d. Ketiga Herodes
Ketika Herodes Agung meninggal pada tahun 4 sM, penguasa Roma membagi kerajaannya di antara tiga putranya. Setelah Arkhelaus digantikan oleh seorang gubernur Romawi, terjadi banyak pembentrokan terhadap kekuasaan Roma di Yudea. Orang-orang Yahudi makin frustasi karena tidak dapat mengatur urusan mereka sendiri. Pada pihak lain, penguasa Romawi makin tidak berminat untuk mengerti masalah-masalah khusus orang Yahudi.

1.5 Aliran-aliran Keagamaan
Ahli sejarah Yahudi, Yosefus, yang hidup pada akhir abad pertama Masehi, dan yang merupakan sahabat orang Romawi, mengutarakan bahwa ada tiga pendapat utama di kalangan orang Yahudi di Palestina: “Filsafat Yahudi mempunyai tuga bentuk. Pengikut aliran pertama disebut Farisi, yang kedua Saduki, dan Sekte ketiga, yang memiliki reputasi karena disiplin yang tinggi, adalah golongan Eseni.” Ia juga menyebut golongan keempat, yakni kaum Zelot. Golongan-golongan tersebut meungkin sekali mempunyai sedikit anggota, namun pengaruhnya besar dalam masyarakat.
a. Saduki
Kaum Saduki sering disebut bersama dengan kaum Farisi, tetapi dalam kenyataannya kedua golongan terpisah dan mempunyai pandangan yang saling bertentangan hampir dalam segala hal. Kaum Sduki hanya merupakan kelompok kecil, tetapi sangat berpengaruh. Mereka terutama terdiri dari para imam yang terkemuka di Bait Allah di Yerusalem dan meliputi hanya golongan-golongan yang paling berbeda dari masyarakat Yahudi.
b. Farisi
Kaum Farisi merupakan kelompok yang jauh lebih besar: mungkin jumlah mereka sebanyak 6000 orang pada zaman Yesus. Banyak dari antara mereka merupakan para ahli Perjanjian Lama, tetapi ada yang mempunyai pekerjaan biasa. Merka merupakan organisasi nasional dengan jumlah besar kelompok-kelompok lokal. Keberatan utama kaum Saduki kepada kaum Farisi adalah bahwa mereka membuat sejumlah besar aturan dan peraturan untuk menerangkan hukum Tauret.
c. Zelot
Kaum Zelot merupakan orang-orang yang sering terlibat dalam tindakan langsung melawan pihak Roma. Mungkin kepercayaan agama mereka mirip dengan kaum Farisi. Tetapi keyakinan mereka yang terutama ialah bahwa mereka tidak dapat mempunyai tuan yang lain kecuali Allah, dan oleh karena itu orang-orang Romawi harus diusir dengan cara apapun juga.
d. Eseni
Beberapa penulis berbicara tentang kaum Eseni. Filo (seorang Yahudi dari Aleksandria di Mesir, yang menulis dalam bahasa Yunani), pengaran Latin, Plinus, dan Yosefus, semuanya menyebut mereka. Salah satu kelompok Eseni menulis dokumen-dokumen yang dikenal sebagai naskah-naskah Laut Mati. Berpusat di Qumran dekat pinggir baratlaut Laut Mati. Tetapi mereka kecewa dengan penyimpangan yang dilakukan oleh penerus-penerusnya. Sebab itu mereka mengundukan diri dan hidup di persekutuan di padang gurun, sambil berusha mempertahankan tradisi kemurnian agama dan moral, yang mereka yakini dapat di temukan dalam Perjanjian Lama.

  B. YESUS JURUSELAMAT
 2. KELAHIRAN YESUS DAN PERMULAAN PELAYANANNYA
Kisah tentang kelahiran Yesus memperlihatkan bahwa ahli-ahli agama, melainkan rakyat biasalah yang pertama-tama mengenali penyelamat yang dijanjikan Allah ketika ia datang. Tema-tema yang sama ditekankan dalam semua cerita tentang peristiwa Natal yang pertama itu – cerita-cerita yang sudah kita kenal semuanya.

2.1 Kapankah Yesus Lahir?
Tidak mudah untuk menetukan dengan tepat kapan Yesus dilahirkan. Menurut pemikiran yang umum, Yesus lahir antara tahun 1 sM atau tahun 1 M. Tetapi hal ini ternyata tidak benar, karena kesalahan yang dibuat pada abad ke-6 M di dalam menghitung permulaan tarikh Masehi. Ada empat bukti yang perlu dipertimbangkan.
·         Pertama, menurut Matius, “Yesus dilahirkan di kota Betlehem di negeri Yudea pada masa pemerintahan raja Hedores” (Mat 2:1, BIS) – yakni sebelum kematian Hedores Agung pada tahun 4 sM.
·         Kedua, Lukas lebih berminat untuk menetapkan kisahnya dalam konteks yang lebih luas dari kekaisaran Roma; menurut laporannya Yesus dilahirkan ketika sensus pertama dijalankan pada waktu Kirenius gubernur Siria (Luk, 2:2).
·         Ketiga, Lukas juga membuat pertanyaan-pertanyaan yang lain tentang waktu terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus. Ia, umpamanya,mengatakan bahwa Yesus berumur tiga puluh tahun ketika ia dibaptis, yakni “Dalam tahun ke lima belas dari pemerintah Kaisan Tiberus” (Luk, 3:1).

2.2 Yesus Beranjak Dewasa
Kita hanya tau sedikit sekali tentang kehidupan Yesus sebagai anak-anak. Rumahnya yang terbuat dari tanah liat merupakan bangunan yang terdiri hanya dari satu ruangan, dengan atap datar. Walaupun rumah-Nya relatif sederhana, kelihatannya Yesus memperoleh pendidikan yang baik. Ia dianggap orang yang cocok untuk membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani di sinagoge di Nazaret (Luk. 4:16-20), padahal tidak semua orang seumur-Nya dapat membaca bahasa Ibrani, walaupun mereka mungkin dapat berbicara di dalam bahasa itu. Anak-anak lelaki Yahudi biasanya dididik di sinagoge setempat, dan Yesus tampaknya termasuk anak yang cerdas dalam kelas-Nya.

2.3 Yesus Dibaptis
Yesus datang kepada Yohanes dan min dibaptis. Mula-mula Yohanes tidak mengizinkan Yesus ambil bagian dalam lambang pertobatan ini. Kalau Yesus memang mempunyai hubungan istimewa dengan Allah, seperti yang di yakini Yohanes, mengapa Ia perlu bertobat? Tetapi Yesus meyakinkan yohanes bahwa Ia harus turut dibaptis. Yesus harus mengidentifikasikan diri-Nya dengan orang berdosa yang mau bertobat, yang akan menjadi pengikut-Nya yang pertama. Tentu pengalaman-Nya sewaktu dibaptis, Yesus mulai mengerti untuk pertama kalinya hakikat hubungan  istimewa-Nya dengan Allah.

2.4 Yesus Menentukan Prioritas-Nya
Kitab-kitab Injil mengisahkan bagaimana Yesus setelah pembaptisan-Nya ditantang untuk mengatur prioritas-Nya dengan benar sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah, yakni sang Mesias.


      3. SIAPA YESUS ITU?
Sebagian besar hidup Yesus dijalankan sebagai seorang guru agama. Biasanya seorang guru agama Yahudi, yang disebut rabi, hidup mengembara. Berkeliling daru satu tempat ke tempat yang lainnya, disertai pengikut-pengikutnya. Ajaran Yesus benar-benar meresap ke dalam hati para pendengar-Nya. Ia bukan murid orang lain yang hanya meneruskan apa yang didengar dari orang lain. Ia menyampaikan hal-hal yang sama sekali baru tentang manusia dan hubungan manusia dengan Allah. Pengajaranya yang bertentangan begitu tajam di kalangan pendengar-Nya hanyalah tentang dua pokok. Ia yakin, Ia sendirilah penyelamat yang dijanjikan Allah, yang sedang di tunggu-tunggu orang Yahudi. Hanya dia saja Mesias, yang dapat membangun umat baru.

3.1 Anak Manusia
Istilah “Anak Manusia” sangat penting bagi Yesus. Istilah tersebut dipakai empat belas kali dalam Injil Markus: tiga puluh satu kali dalam Injil Mtius. Ternyata Yesus paling sering menggunakan istilah Anak Manusia. Ada yang berpendapat, kalua Yesus berbicara mengenai diri-Nya sendiri sebagai “Anak Manusia”, Ia hanya ingin menekankan bahwa sebagian tabiat-Nya bersifat manusiawi dan biasa, sedangkan bagian lain dan tabiat-Nya itu dapat dilukiskan dengan istilah “ Anak Allah”. Tetapi istilah “ Anak Manusia” memp[unyai arti lebih dari itu. Ada baiknya kita melihat dahulu Perjanjian Lama. Di sini istilah “Anak Manusia” dipkai dengan dua arti.
Pertama, sering artinya hanyalah manusia yang dibedakan dari Allah.
Kedua, istilah ini dipakai dengan arti yang lain dalam Daniel 7:13-14. Nats ini sama sekali tidak mengandung arti kelemahan manusia yang dibandingkn dengan kebesaran Allah.

3.2 Anak Allah
Dari semula imam Kristen selalu mengaku Yesus sebagai “Anak Allah”. Ini pun merupakan istilah yang dikenal secara luas pada zaman Yesus. Orang-orang yang berbahasa Yunani sering memakai istilah itu untuk menyambut tokoh pahlawan. Istilah “Anak Allah” juga dugunakan dalam Perjanjian Lama. Bangsa Israel sering disebut “Anak Allah” (Hos. 11:1). Raja-raja Israel, teristimewa mereka yang merupakan keturunan Daud, juga diberi gelar itu.

3.4 Hamba Tuhan
Mungkin kita paling baik akan menemukan tentang siapa Allah sebenarnya melalui gelar-Nya yang terakhir – “hamba” (Yes. 52:13) – yang rupanya dikenakan Yesus kepada diri-Nya sendiri dan pekerjaan-Nya. Karena Ia hidup dan mati dengan cara seperti yang dinubuatkan bagi “Hamba Tuhan yang menderita” dalam kitab Yesaya, maka pengertian-Nya tentang apa artinya menjadi Mesias sangat berbeda dengan peranan Mesias yang dinanti-nantikan orang-orang Yahudi pada zaman-Nya. Salah satu diantaranya adalah pemakaian “ Anak Manusia” yang sering berkaitan dengan penderitaan dan kematian-Nya.

3.5 Implikasi
Kita telah membahas panjang lebar berbagai istilah yang dipakai Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri.banyak diantaranya sulit dimengerti secara terinci.tetapi semua mempunyai implikasi yang jelas. Jelas dengan memakai gelar-gelar itu, Yesus menyatakan hubungan-Nya yang unik dengan Allah dan wibawa-Nya yang unik pula. Ada yang dikatakan Yesus tentang hubungan-Nya yang unik dengan Allah dinyatakan dalam Injil Yahones melalui identifikasi antara Yesus dan Allah.


4. KEMATIA YESUS
Mengapa Yesus mati? Dari semua pertanyaan yang dapat kita ajukan tentang Yesus, mungkin tidak ada pertanyaan lain yang dapat di jawab dengan begitu banyak cara yang berbeda. Tetapi kalau kita melihat beberapa bagian lain dalam Perjanjian Baru, dan bertanya , “Mengapakah Yesus mati?” maka kita akan menemukan penekanan yang agak berbeda dalam jawaban-jawaban yang diberikan. Menurut Kisah Para Rasul, pada hari Pentakosta Petrus berkata bahwa walaupun Yesus “kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka”, Ia juga telah “diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya” (Kis. 2:23). Paulus menekankan tema yang sama dalam menyatakan keyakinannya yang paling teguh kepada jemaat di kota Korintus, Yunani.
Jadi di dalam Perjanjian Baru sendiri pertanyaan “Mengapa Yesus mati?” diberi dua macam jawaban: Yang pertama, didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang telah mengakibatkan Yesus mati. Yang kedua, didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan Yesus tentang diri-Nya sendiri, dan kepada kepercayaan jemaat mula-mula mengenai makna kematian-Nya dalam rencana Allah bagi umat manusia.

4.1 Tinjauan Historis
Suatu pertanyaan yang sering diajukan mengenai kitab-kitab Injil dewasa ini adalah: Apakah kitab-kitab tersebut tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu garis besar kronologis tentang kehidupan Yesus? Atau, apakah berbagai kisah dan ucapan sebelumnya berdiri sendiri-sendiri telah dirangkai oleh para penulis kitab-kitab Injil dengan cara yang paling cocok bagi tujuan mereka?.
a. Jalan Kehidupan Yesus
Terlepas lepas dari jawaban terinci yang kita berikan atas pertanyaan tersebut, jelaslah kita harus sanggup membuat asumsi-asumsi tertentu mengenai jalan hidup Yesus. Misalnya kita dapat menduga bahwa Yesus dihapus oleh Yohanes tidak lama sebelum pemulaan pelayanan-Nya. Kita juga dapat berasumsi bahwa pelayanan-Nya bukan hanya di Galilia, wilayah kampung halama-Nya sendiri, tetapi juga di Yudea, yakni wilayah di sekitar Yerusalem. Lalu ada juga fakta yang tak dapat disangkalmengenai penyaliban Yesus di Yerusalem; jadi kita dapat berasumsi beberapa waktu sebelum kematian-Nya, Ia mengajar di Yerusalem dan sekitarnya.
b. Yesus di Pengadilan
Kitab-kitab Injil seakan-akan melaporksan dua proses pengadilan yang berbeda tentang Yesus. Yang satu ialah dihadapkan para pepimpin Yahudi, ketika Ia dituduh melakukan pelanggaran agama (Yoh. 18:12-14). Yang lain ialah di hadapakan perfek atau gubernur Roma, Pontius Pilatus, di mana Ia dituduh melakukan pelanggaran politik.
c. Yesus Disalibkan
Sebagaimana biasanya pada zaman itu, Dia disalibkan dan sebuah papan dipancangkan pada kayu salib untuk menunjukan kesalah-Nya. Orang-orang Roma berpendapat bahwa Yesus patut dihukum mati sebagai seorang pemberontak yang menentang kekuasaan mereka. Bagi kedua-duanya, penyaliban merupakan peristiwa sehari-hari. Satu-satunya perbedaan antara Yesus dengan ribuan orang lain yang mati dengan cara begitu ialah bahwa Kematian-Nya rupanya berlangsung lebih cepat, hanya dengan waktu enam jam.

4.2 Tinjauan Teologis
Generasi orang Kristen yang pertama, sama seperti semua orang Kristen sesudahnya, yakni bahwa kematian Yesus pada kayu salib mempunyai pengaruh luar biasa bagi hidup mereka. Mereka menyatakan bahwa hidup mereka menjadi bermakna secara baru oleh karena apa yang telah dilakukan Yesus dikayu salib. Mereka mengungkapkannya dengan berbagai cara yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan dosanya sudah diampuni. Yang lain lagi, bahwa mereka mendapat kedamaian hati, atau bahwa merka telah didamaikan dengan Allah.
a. Pertempuran
Kitab-kitab Injil memperlihatkan seluruh kehidupan dan pelayanan Yesus sebagai suatu pertempuran melawan kuasa-kuasa jahat. Walaupun kelihatannya seakan-akan Yesus kalah, perjuangan-Nya menghasilkan kemenangan sempurna atas dosa dan maut di dalam peristiwa kebangkitan (Kol. 2:8-15).
b. Teladan
Banyak kidung rohani Kristen memandang kematian Yesus sebagai suatu teladan. Hal itu dilandaskan pada kenyataan bahwa di atas kayu salib Yesus mengungkapkan kasih Allah bagi dunia. Yesus sendiri tidak pernah berbicara tentang salib sebagai pertanyaan kasih Allah, tetapi Paulus dan Yohanes melakukan hal itu (Rm. 5:8; Yoh. 4:10).
Kita dapat akan banyak orang yang memberikan hidup mereka bagi suatu tujuan yang baik tanpa memikirkan kepentingan diri sendiri. Kita mengagumi dan menghormati, dan mungkin kita tergerak mendukung perjuangan mereka.
b. Persembahan Kurban
Dalam seluruh Perjanjian Baru, bahasa pengurbanan dipakai untuk menguraikan kematian Yesus. Apa arti peristiwa pengurbanan itu? Para penyembah di Israel kuno melakukan upacra kurban karena kesdaran bahwa mereka terasing dari Allah oleh karena dosa dan ketidaktaatan mereka.
d. Tebusan
Yesus sendiri mengatakan secara gamblang bahwa Dia hendak menjadi “tebusan” (Mrk. 10:45). “Tebusan” adalah harga yang dibayar guna membebaskan seorang budak. Tebusan ini sering dibayar oleh pihak ketiga. Karena orang yang dibebaskan Yesus benar-benar dibebaskan agar menjadi milik Allah.
e. Pengganti
Untuk membayar tebusan pada dasarnya yang kita maksudkan ialah bahwa Ia mati menggantikan kita. Pada kayu salib Ia melakukan bagi kita apa yang tidak dapat kita lakukan sendiri.
f. Kesimpulan
Walaupun demikian, misteri kematian Yesus dan maknanya yang sebenarnya, menyampaikan kepada kita dua hal yang penting tentang Allah dan hubungannya dengan manusia: Pertama, salah satu masalah yang paling mendesak dalam kehidupan adalah masalah kejahatan.
Kedua, salib menunjukan kepada kita harga pengampunan dari Allah


    5. KEBANGKITAN YESUS
Semua penulis Perjanjian Baru sependapat bahwa Yesus dibangkitkan pada hari ketiga setelah kematian-Nya. Hal yang paling mencolok mengenai kebangkitan ialah orang-orang Kristen pertama yakin sepenuhnya akan peristiwa kebangkitan serta rangkaian peristiwa-peristiwanya. Menurut keyakinan mereka, kebangkitan merupakan suatu kejadian yang nyata dan historis, yang telah terjadi di dalam dunia mereka sendiri dan yang telah memberi dampak yang luar biasa terhadap hidup mereka.
5.1 Bukti-bukti Kebangkitan
a. Kepercyaan Jemaat Mula-mula
Para ahli telah menemukan bahwa bahasa yang dipakai mengenai Yesus dalam khotbah-khotbah Kisah Para Rasul ini sangat berbeda dengan bahasa yang dipakai ketika kitab itu disusun dalam bentuknya yang terakhir. Khotbah-khotbah tersebut mencerminkan kekristenan yang masih bersifat Yahudi dengan sepakat kepercyaan tentang Yesus yang diungkapkan secara sederhana. Di dalamnya terdapat suatu gambaran yang pada umumnya cukup teliti mengenai apa yang benar-benar terjadi pada masa permulaan jemaat. Menurut gambaran ini, inti berita jemaat mula-mula adalah cerita mengenai Yesus sendiri, yakni kedatangan-Nya untuk memenuhi janji-janji Allah, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya.
b. Keterangan Paulus
Bahan bukti utama yang kedua tentang kebangkitan Yesus diberikan oleh Paulus sendiri. Pentingnya keterangan dalam Kisah Para Rasul dapat diperdebatkan namun tidak demikian halnya dengan keterangan yang disampaikan Paulus (1 Kor. 15) Ia pasti pasti menulis suratnya itu tidak lebih dari dua puluh lima tahun setelah Yesus disalibkan. Kalau kita membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, kita menemukan bahwa tujuan utama Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang beralasan agar orang dapat percaya mengenai kebangkitan Yesus. Sebenarnya ia berusaha membantu pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang timbul dalam jemaat setempat. Informasi yang diberikan tentang kebangkitan Yesus dari antara orang mati seakan-akan disampaikan secara kebetulan.
c. Tradisi Kitab-kitab Injil
Kalau kita membaca seluruh kitab-kitab Injil, ternyata kisah-kisah tentang kebangkitan Yesus diceritakan dengan sangat sederhana dibandingkan dengan banyak cerita lain mengenai Dia. Tidak ada simbolisme yang memerlukan pengetahuan khusus untuk dapat mengertinya. Tidak ada kutipan dari Perjanjian Lama. Juga tidak ada usaha untuk mengutarakan makna teologis peristiwa-peristiwa yang dikisahkan itu.
d. Para Murid
Bahan bukti keempat yang mendukung terjadinya peristiwa kebangkitan adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri mengenai keadaan para murid setelah kematian Yesus. Pokok utama kesaksian mereka adalah bahwa Yesus hidup dan tetap berkarya. Mereka tidak ragu-ragu menyatakan bahwa perubahan dalam hidup mereka terjadi sebagai akibat kebangkitan-Nya.

5.2 Fakta dan Iman
Para murid dan pengikut-pengikut mereka tahu bahwa telah terjadi sesuatu yang mengubah kehidupan mereka setelah penyaliban guru mereka. Mereka menjelaskan perubahan itu disebabkan oleh kebangkitan-Nya. Tiap pembaca Perjanjian Baru harus menerima hal itu, karena fakta perubahan dalam kehidupan para murid telah terbukti dan tidak bisa diragukan lagi. Tetapi bicara tentang “iman kebangkitan” tidak sama dengan bicara tentang “fakta kebangkitan”.
a. Pengalaman Subjektif
Apakah “fakta kebangkitan” merupakan pengalaman subjektif? Salah satu reaksi yang wajar terhadap cerita-cerita tentang kebangkitan adalah menganggap apa yang disebut “penampakan-penampakan kebangkitan” sebagai pengalaman subjektif belaka. Kitab-kitab Injil sangat menekankan fakta bahwa kubur-Nya kosong dan bahwa baik teman maupun musuh tidak dapat memperlihatkan mayat Yesus. Pengalam pribadi seperti yang dialami Petrus dan Yakobus memang dapat dianggap sebagai sesuatu yang subjektif, dan penampakan Yesus kepada lima ratus orang ,ungkin kedengaran seperti halusinasi massal.
b. Karangan Teologis
Ada yang berpendapat “iman kebangkitan” muncul karena para murid memerlukan suatu alasan teologis untuk keyakinan mereka. Karena mereka percya bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah, maka wajarlah orang yang menyatakan diri-Nya sebagai Mesias itu bangkit dari anatara oran mati.

5.3 Makna Kebangkitan
Kebangkitan merupakan puncak yang wajar dari seluruh kehidupan-Nya dan membenarkan apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya sendiri selama masa pelayanan-Nya. Peristiwa itu juga merupakan jaminan bahwa kehidupan dan ajaran Yesus bukanlah hanya suatu bagian menarik dalam sejarah pemikiran manusia, melainkan merupakan jalan bagi manusia untuk mengenal Allah. Pertama, melalui kebangkitan, pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebabagai anak Allah terbuktu benar. Kedua, kebangkitan lebih dari sekedar pengertian baru tentang Yesus yang disalibkan.

C. KERAJAAN ALLAH
6. APA KERAJAAN ALLAH ITU?
Tidak mengherankan jika orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat menunjukan perhatian besar terhadap perkataan-perkataan-Nya. Inilah yang sedang ditunggu-tunggu mereka. Kerajaan Allah yang baru, yang akhirnya akan menghancurkan kekaisaran Roma yang lama. Mereka berharap sepenuhnya, bangsa Yahudi akan memainkan peran utama dalam kerajaan baru ini dibawah pimpinan Mesias mereka.
6.1 Istilah “kerajaan Allah”
Apa yang dimaksud Yesus dengan ungkapan “kerajaan Allah”? Dalam kamus, salah satu arti kata “kerajaan” ialah wilayah kekuasaan seorang raja. Banyak teolog pada abad pertengahan, umpamnya, mengikuti pemikiran Agustinus bahwa kerajaan Allah yang dimaksud Yesus adalah apa yang kita sebut “jemaat”. Malahan sampai hari ini pun, ada pengkhotbah Kristen yang bicara seakan-akan “kerajaan Allah” hanyalah istilah lain bagi “jemaat”. Sedangkan para ahli Perjanjian Baru berpendapat yang dimaksudkan Yesus dengan istilah “kerajaan Allah” bukanlah seperti yang disebut di atas. “kerajaan” lebih sering berarti pemerintahan seorang raja daripada wilayah kekuasaannya.

6.2 Umat Baru
Tetapi Yesus bermaksud bahwa begitu Allah menguasai kehidupan seseorang, maka terbentuklah umat yang baru. Ia mengatakan umat Allah ada “di antara” para pendengar-Nya, karena ia sendiri berada di situ dan Allah menguasai hidup-Nya sama sekali. Namun penekanan umat baru tidak hanya diberikan kepada hubungan pribadi antara kita dan Allah. Ada banyak pernyataan dalam kitab-kitab Injil yang menunjukan Yesus menganggap kerajaan Allah itu mempunyai wujud nyata disamping wujudnya sebgai pemerintahan Allah dalam hidup pengikut-pengikut-Nya.
6.3 Eskatologi dan Kerajaan Allah
Seluruh persoalan yang mencakup hal-hal yang kita maksudkan bila berbicara tentang umat Allah yang baru disebut “eskatologi”. Istilah tersebut diambil dari beberapa kata bahasa Yunani yang berarti “gagasan-gagasan tentang akhir zaman”. Tetapi eskatologi tidak hanya menyangkut hal-hal yang akan terjadi pada hari kiamat. Eskatologi terutama menyangkut perintah Allah dan berbagai dampak kehadiran uamat Allah yang baru, baik terhadap kehidupan pribadi maupun terhadap masyarakat, demikian juga terhadap akhir zaman.
a. Eskatologi Futuris
Menurut pandangan pertama, ajaran Yesus mencerminkan suatu “eskatologi futuris” atau “eskatologi konsisten”. Maksud kata “futuris” di sini ialah masa depan depan dari sudut pandang Yesus dan bukan dari sudut pandang masa kini. Ada banyak orang Kristen sekarang yang berpegang pada “eskatologi futuris”. Mereka mengharapkan kedatangan kerajaan Allah dalam bentuk nyata di masa depan. Tetapi bila para ahli berbicara tentang tradisi-tradisi kitab Injil, mereka memakai istiah “futuriss” bagi penghrapan-pengharapan Yesus sendiri tentang umat Allah yang baru dan bukan bagi pengharapan-pengharapan umat Kristen masa kini.
b. Eskatologi yang terwujud
“eskatologi yang terwujud”. Apa yang dikatakan Yesus adalah datangnya umat baru dalam diri-Nya sendiri. Jadi dapat dikatakan kedatangan Yesus adalah datangnya perintah Allah. Walaupun umat Allah yang baru masih bertumbuh dan berkembang, namun karya Allah yang hakiki dan yang menentukan sudah terjadi.
c. Eskatologi Yang Mualai Terwujud
Pandangan eskatologi Yesus secara futuris maupun terwujud, dalam arti tentu umat Allah yang baru telah datang dalam diri Yesus, tetapi penggenapan sepenuhnya masih akan terjadi di masa depan. Jadi ajaran Yesus mencerminkan apa yang dapat disebut “eskatologi yang mulai terwujud”.
d. Kesimpulan
Pertama, memang Yesus memkai bahasa dan juga mungkin mempunyai beberapa pandangan yang sama seperti orang-orang yang menantikan datangnya umat Allah yang baru dengan segara mulai campur tangan Allah dalam kehidupan manusia secara langsung.
Kedua, Yesus percaya, sifat asasi umat baru itu di ungkapkan dalam kehidupan dan karya-Nya sendiri.
Ketiga, campur tangan langsung Allah harus dilihat bukan hanya dalam kehidupan dan pengajaran Yesus, tetapi juga dalam kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan penganugrahan Roh Kudus kepada jemaat-Nya.
Keempat, terdapat begitu banyak keragaman dalam bahasa yang dipakai Yesus guna melukiskan umat yang baru itu sehingga kita hampir-hampir tidak dapat mengertinya kecuali  dengan pandangan yang komprehensif.

  7. GAMBARAN KERAJAAN
    PERUMPAMAAN YESUS
Beberapa cerita Yesus yang paling dikenal merupakan “perumpamaan”. Kisah-kisah seperti orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:25-37), domba yang hilang (Mat. 18:12-14; Luk. 15:1-7), penabur yang menabur benih diladangnya (Mat. 13:1-9; Luk. 8:4-8)

7.1 Memahami Perumpamaan
Pribahasa atau pepatah yang populer sering disebut “perumpamaan” (parabole), misalnya “Tidak ada sesuatu dari luar yang masuk ke dalam orang yang dapat membuat orang itu najis. Sebaliknya, yang keluar dari seseorang itulah yang membuat dia najis”. Pengajaran Yesus penuh dengan “perumpamaan” singkat seperti itu. Tetapi didalam membicarakan ajaran-ajaran Yesus, lazim kita “perumpamaan” dikhususkan bagi kisah-kisah yang diceritakan Yesus.
a. Perumpamaan atau Alegori?
Cara tradisional untuk mengerti perumpamaan ini adalah dengan menganggapnya sebagai “alegori”. Suatu alegori adalah uraian terperici tentang suatu pokok, yang ditulis sedemikian rupa sehingga seakan-akan membicrakan sesuatu yang berlainan sama sekali. Ada beberapa alegori dalam kitab Injil, pada umumnya cara mengartikan perumpamaan seperti itu tidak sesuai dengan maksud pengajaran Yesus. Misalnya perumpamaan orang Semiria yang murah hati.
b. Maksud Perumpamaan
Para ahli mulai membaca Perjanjian Baru sebagai dokumen historis, mereka menyadari bahwa Yesus memakai perumpamaan-perumpamaan sama seperti guru-guru lain pada zaman dahulu. Setelah membandingkan cara Yesus mengajar dan cara penggunaan perumpamaan dalam sasta Yunani, Adolf julicher, seorang ahli berkebangsaan Jerman, mengemukakan bahwa Yesus memakai perumpamaan sama seperti orang pengkhotbah modern memakai ilustrasi-ilustrasi.

7.2 Perumpamaan dan Pesannya
Makna yang tepat dalam perumpamaan sedikit banyaknya bergantung pada apa yang kita percayai tentang keadaan umat baru itu. Kalau kita sependapat dengan Albert Schweitzer, bahwa kerjaan Allag berati campur tangan Allah dalam kehidupan manusia secara spektakuler dan segera, maka perumpamaan akan dimengerti dalam konteks itu.
a. Umat Baru dan Rajanya
Kebanyakan masyarakat dipengaruhi oleh pemimpin-pemimpinnya. Penguasa yang bengis dan sewenang-wenang dengan mudah dapat mengajak rakyatnya meniru sikap yang sama. Pemimpin yang liberal dan manusiawi biasanya akan mendorong rakyatnya untuk mengikuti pandangan yang sama. Umat baru yang dibangun Allah. Demikian halnya dengan sifat dan bentuknya diambil dari Allah yang menjadi rajanya.
b. Umat Baru dan Anggotanya
Menjadi umat baruyang dibicarakan Yesus, tidak hanya memberi kita hak istimewa untuk mengenal Allah secara lebih akrab dan pribadi, tetapi juga menurut tanggung jawab tertentu. Di dalam umat Allah yang baru kita menikmati hidup yang baru – “hidup kekal” atau “hidup berkelimpahan” sesuai dengan istilah yang dipakai Yesus beberapa kali dalam Injil Yohanes (Yoh. 3:15; 6:54; 10:28; 17:3). Hidup sebagai umat Allah berati yang diatur dan dikuasai oleh Allah. Orang-orang yang masuk kerajaan Allah melalui petobatan dan pengampunan dosa-dosa mereka, harus mengasihi Allah dengan kekuatannya (Mat. 22:37-38).
c. Umat Baru dan Dunia Luar
Orang-orang yang menerima permintaan Allah atas hidup mereka harus berbuat seperti Bapa mereka di surga. Kemurahan Allah menjangkau bahkan orang-orang yang di anggap sampah masyarakat, dan pengikut-pengikut-Nya harus bersikap serupa. Bagi mereka yang bersedia atas perintah Allah atas hidup mereka, pengalaman baru ini dapat dihayati. Mereka tidak saja mengalai hubungan yang baru dengan Allah sendiri: mereka juga terikat satu sama lain dalam persekutuan baru yang saling melayani dan mengasihi.

7.3 Tantanga Perumpamaan
Beberapa perumpamaan diceritakan dalam konteks yang berbeda-beda di dalam kitab Injil. Perumpamaan domba yang hilang dimuat di dalam Injil Lukas bersama dengan perumpamaan uang dirham yang hilang dan anak yang hilang sebagai jawaban terhadap keluhan orang Farisi bahwa Yesus bergaul dengan orang-orang yang tidak baik. Dan dalam Injil Matius perumpamaan yang sama diceritakan untuk mendorong para murid supaya menjadi “gembala-gembala” jemaat yang setia (Mat. 18:12-14). Arti sebenarnya perumpamaan-perumpamaan ada sangkut-pautnya dengan tantangan yang dibawakannya kepada orang-orang membaca atau mendengarnya.

     8. KUASA KERAJAAN
    Mukjizat Yesus
Beberapa bagian yang menonjol dalam kitab-kitab Injil adalah kisah-kisah tentang Yesus yang melakukan mukjizat.
8.1 Memahami Mukjizat
Orang-orang percaya tidak dapat membuktikan kebenaran mukjizat-mukjizat hanya dengan mengacu pada keyakinan-keyakinan mereka; begitu juga orang-orang yang tidak percaya tidak dapat membuktikan ketidak benarannya hanya dengan mengacu pada praduga-praduga mereka. Adalah penting untuk mempertimbangkan sepenuhnya bukti yang tersedia.

8.2 Mukjizat dan Buktinya
Kita perlu meninjau semua sumber imformasi kita secara kritis sebelum kita mempertimbangkan masalah-masalah yang lebih umum yang menyangkut apa yang di mengerti sebagai “mukjizat”. Sebab seandainya tidak ada bahan bukti yang kuat bahwa Yesus benar-benar mengadakan mukjizat-mukjizat tersebut, kita dapat melupakan semua pertanyaan kita tentang hal tersebut.
a. Sejarah Yahudi
Yesus disebut secara eksplisit sebagai “Kristus”, padahal Yosefus bukan seorang Kristen. Lebih banyak bukti dari sumber Yahudi terdapat dalam Talmud Babel (Sanhedrin 43a) yang memberi tahu bahwa Yesus dieksekusi karena ia mempraktekan “ilmu sihir” dan menyesatkan rakyat. Rupanya yang menjadi masalah bagi orang-orang Yahudi bukanlah (fakta) kuasa penyembuhan-Nya yang ajaib, tetapi hanya tentang sumber kuasa itu.
b. Khotbah-khotbah Kristen yang Pertama
Tampaknya orang-orang Kristen mula-mula percaya bahwa Yesus melakukan mukjizat-mukjizat. Bukti dari sumber-sumber Yahudi dan Khotbah-khotbah itu menunjukan bahwa banyak orang yang percaya bahwa Yesus melakukan tindakan-tindakan ajaib dan ternyata kepercayaan ini tidak ada hubungannya dengan persoalan apakah mereka sendiri orang Kristen atau bukan.

8.3 Mukjizat dan Pesannya
Kalau perjanjian baru menyebut mukjizat Yesus sebagai “tanda” pengertian simbolis seperti itu yang dimaksudkan. Pemakaian kata “tanda” berati mukjizat-mukjizat bukan hanya di buat-buat untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias atau umat Allah yang baru sudah datang. Sesungguhnya mukjizat-mukjizat yang lebih dari itu. Sama seperti “tanda-tanda” yang diberikan para nabi, mukjizat-mukjizat merupakan bagian dari pemberitaan Yesus. Mukjizat menyatakan dalam bentuk perbuatan apa yang diajarkan Yesus dalam perumpamaannya. Sama seperti pengajaran-Nya, mukjizat-mukjizat itu melukiskan umat Allah yang baru dan memanggil manusia untuk percaya kepada Allah.
a. Kedatangan Kerajaan
Kerajaan sudah terwujud dengan kedatangan Yesus sendiri. Hal ini jelas dalam mukjizat-mukjizat Yesus, dimana kedatangan kerajaan Allah dinyatakan dan diterangkan. Namun Yesus tidak menggunakan mukjizat-mukjizat bagi keuntungan pribadi. Dalam mukjizat-mukjizat, Allah menunjukan kekeuasaan-Nya sendiri supaya menyadari kedatangan kerajaan-Nya yang sudah lama ditunggu-tunggu, yakni melalui kedatangan Yesus.
b. Jangkauan Kerajaan
Mukjizat-mukjizat tidak hanya mewartakan tibanya kerajaan Allah dalam arti umum, tetapi berita yang disampaikan dalam banyak hal juga sejajar dengan pengajaran yang dismapaikan Yesus. Tidak sulit untuk melihat bagaimana berbagi jenis mukjizat yang dilakukan Yesus bertujuan untuk menekankan berbagai hal yang dikatakan-Nya dalam perumpamaan-perumpamaan tentang umat Allah yang baru.
c. Panggilan Kerajaan
Sebgaimana telah diuraikan di atas, tanpa pertobatan daniman, arti spenuhnya dari perumpamaan-perumpamaan yang disampakan akan tetap tersembunyi. Panggilan kerajaan Allah disajikan dengan cara yang persis sama dengan cerita-cerita mukjizat. Iman jelas memainkan peranan penting dalam penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan Yesus.

     9. DAMPAK KERAJAAN
     AJARAN YESUS TENTANG ETIKA
Setiap masyarakat, baik primitif maupun modern, membutuhkan peraturan-peraturan guna mengatur prilaku para anggotanya. Pada zaman Yesus, hukum-hukum perjanjian lama yang relatif sederhana itu telah dijadikan ruwet dengan penambahan banyak tafsiran dan penerapan secara rinci oleh orang Yahudi. Sewaktu membaca kitab Injil, kita dapat melihat dengan jelas Yesus juga bermaksud manusia mengenal Allah. Namun Allah yang dibicarakan-Nya itu digambarkan agak berlainan. Ia bukanlah Allah yang menuntut agar umat-Nya memelihara berbagai peraturan yangtidak masuk akal, melaikan Allah yang menyatakan diri-Nya sebagai bapa sehingga seseorang dapat menjalin hubungan pribadi dengan-Nya. Bapa adalah Allah yang mengampuni, yang memperdulikan manusia walaupun mereka tidak sempurna moralnya.
9.1 Khotbah di Bukit
Seluruh ajaran Yesus tentang Allah dan umat-Nya yang baru mempunyai dimensi etika. Dan khotbah di bukit (Mat. 5-7), yang secara umum dianggap sebagai koleksi pengajaran etika yang paling komprehensif dalam kitab-kitab Injil, sarat dan teologi. Meskipun demikian, khotbah ini memberikan kepada kita suatu gambaran yang baik tentang kedudukan etika dalam masyarakat baru yang hendak didirikan Yesus.

9.2 Dasar Etika Kristen
Pengajaran etika Yesus didasarkan atas pernyataan bahwa Allah, yang menciptakan segala sesuatu dan yang berkarya dalam sejarah Israel sebagaimana tercatat dalam perjanjian lama, dapat dikenal secara nyata dan pribadi.
a. Sifat Allah
Salah satu hal yang sangat khas dari karya-karya Allah dalam sejarah Israel adalah kesediaan-Nya memperdulikan orang yang tidak memikirkan-Nya. Etika perjanjian baru mempunyai yang persis sama. Kenyataan bahwa sifat Allah sebagai Allah yang kudus dan Bapa yang penuh kasih mendasari seluruh pengajaran Alkitab tentang perilaku.
b. Umat Allah
Tema utama perjanjian lama adalah Allah telah bertindak secara menentukan dalam sejarah umat-Nya Israel dan telah menjalin hubungan erat dengan mereka melalu perjanjian. Ini berarti orang Israel tidak pernah hanya bersifat sebagai individu sendiri, melainkan secara kolektif merupakan anggota umat Allah.

9.3 Yesus Menuntut Komitmen
Ajaran Yesus dimaksudkan sebgai cara hidup setiap orang yang menyerahkan diri pada Allah. Inilah pokok pikiran dimana etika Yesus palin sering disalahartikan. Dalam setiap hal karunia Allah, kasih-karunia-Nya yang diberikan secara cuma-cuma, diberikan sebelum tuntunan-Nya aagar murid-murid-Nya melakukan sesuatu.

9.4 Yesus Memberi Kebebasan
Ajaran Yesus bukanlah suatu hukum, melainkan suatu etika kebebasan. Setiap orang yang menerima kedaulatan Allah di dalam umat-Nya yang baru menikmati kebebasan untuk mengenal-Nya sebgai bapa dengan satu hubungan yang hidup

     D. KITAB-KITAB INJIL
       10. ASAL-USUL KITAB-KITAB INJIL
Kemudian kita telah berasumsi bahwa pengetahuan tentang Yesus dapat diperoleh dari studi kitab-kitab Injil. Dengan kata lain, walaupun kitab-kitab tersebut memang hasil jemaat mula-mula, kitab-kitab itu tidak hanya memberitahukan kita tentang para penulisnya tetapi juga tentang Yesus sendiri.
10.1 Apa Kitab Injil Itu?
Fakta ini sedikitnya mempunyai tiga akibat penting bagi pengertian kita terhadap kitab-kitab Injil: Pertama, kitab-kitab Injil merupakan kisah selektif tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. Kedua, karena kitab-kitab Injil

No comments:

Post a Comment

Official Virgozta