MEMAHAMI PERJANJIAN BARU
A. LATAR BELAKANG
1.
DUNIA PERJANJIAN BARU
Perjanjian Baru menceritakan tentang salah
satu gerakan agama dan sosial yang paling menarik di dunia. Isinya seperti
perpustakaan kecil yang terdiri dari surat-surat pribadi, kitab-kitab sejarah
dan teologi. Kitab-kitab ini ditulis oleh berbagai penulis pada waktu dan
tempat yang berlainan di kekaisaran Roma selama abad pertama Masehi. Tetapi
semua merupakan bagaian dari kisah yang sama, yang mencerminkan semangat dan
pengabdian para pengikut Yesus Kristus mula-mula.
Tidak satu pun kitab kuno yang begitu besar
pengaruhnya hingga masa kini. Menurut standar moderen, para penulisnya
berpendidikan rendah, namun jutaan orang membaca Perjanjian Baru secara teratur
dan menemukan di dalamnya inspirasi bagi kehidupan sehari-hari. Kitab-kitab
Perjanjian Baru ditulis di daerah terpencil kekaisaran Roma kuno tetapi
ternyata beritanya tetap relevan bagi orang-orang dengan berbagai latar
belakang budaya di segala waktu dan tempat.
1.1 Permulaan Kekristenan
Semua ini
dimulai hanya dengan kehidupan satu orang yang begitu mengesankan, yakni Yesus
Kristus dari Nazaret. Ia dilahirkan kira-kira tahun 4 Sm dalam sebuah keluarga
Yahudi dari golongan pekerja biasa (Mat. 2;1; Luk. 2;1-7). Ia terkenal sebagai
guru agama dan menjadi sorotan khalayak ramai hanya selama tiga tahun sebelum
Ia menjalani hukuman mati secara tragis pada kayu salib di tangan penguasa Roma
(Luk. 23:33).
Cerita-cerita mengenai Yesus dalam kitab-kitab Injil mengisahkan
bagaimana Ia sendiri mempunyai dua belas pengikut yang khusus (Mat. 10:1-4)
walaupun diceritan juga bahwa sering ribuan orang berkumpul untuk mendengar
pengajaran-Nya (Mrk. 6:30-44; 8:1-9).
a. Kepercyaan Baru
Dalam kurun waktu dua puluh setelah Yesus
Kristus disalibkan, di setiap pusat peradaban Romawi sekurang-kurangnya ada
satu kelompok pengikut-Nya. Ada orang Kristen di kota Roma, Korintus, Efesus,
Filipi, Antiokhia, di Siria dan banyak kota lain di sekitar Laut Tengah – juga
di tempat-tempat yang jauh seperti Aleksandria di Mesir, Etopia ataupun
Bizantium (Kis. 8:26-36).
Mungki tidak semua mereka Kristen. Tetapi
banyak dari antara mereka menjadi Kristen dan dalam waktu singkat
pengikut-pengikut Yesus yang baru ini mulai membawa pengaruh yang besar
terhadap kehidupan di sekitarnya, bahkan di kota Roma.
b.
Pertentangan
Tidak berselang lama, perhatian “pers” di
dunia Romawi dialihkan pada pengikut-pengikut Yesus. “Orang-orang Kristen
membentuk perkumpulan-perkumpulan rahasia diantara mereka sendiri, yang berada
di luar sistem hukum. Para pengikut Yesus percaya bahwa Ia tidak mati,
melainkan hidup, sehingga mereka bersedia mengambil resiko yang sangat besar
untuk menyebarkan pemberitaan-Nya. Pemukulan, pemenjaraan, kapal karam dan
segala macam penganiayaan – malahan maut pun merupakan hal yang lumrah dalam
kehidupan jemaat mula-mula (Kis. 12:1-5;2 Kor. 11:23-27). Dan hasil-hasilnya
memang luar biasa.
c.Merombak
dunia
Sama seperti murid-murid-Nya yang mula-mula,
Yesus sendiri adalah seorang Yahudi – dan walaupun di beberapa tempat dalam
kekaisaran Roma agama Yahudi dihormati, pada umumnya orang Yahudi yang tinggal
di Palestina diangga sebagai bangsa yang tidak dapat mengerti, fanatik dan
serba timpang. Tidak mudah bagi mereka untuk dapat di terima di Yurusalem, ibu
kota agama setempat. Belum lagi masalh-masalah yang mereka hadapi dalam
berkomunikasi dengan orang Yunani dan Romawi yang mengecap pendidikan yang baik
di dunia luar yang lebih luas. Namun inilah yang terjadi: sebagai suatu gerakan
yang mulai secara spontan di daerah pinggiran peradaban Romawi mereka tiba-tiba
menjadi kekuatan sosial dan politik serta agama yang penting di pusat kaisar
Roma.
1.2
Warisan Yunani
Tidak ada peradaban yang muncul begitu saja. Kita
semua merupakan ahli waris masa lampau. Dalam dunia orang Kristen mula-mula,
yang berkuasa adalah pemerintahan kekaisaran Roma. Tetapi kebudayaan Romawi
berasal dari dunia yang lain sama sekali. Sebab, dunia kekaisaran Roma
sebenarnya di mulai tiga ratus tahun sebelum zaman Yesus, yakni ketika Iskandar
atau Aleksander Agung (356 – 323 Sm), salah seorang penguasanya yang pertama mendirikan
kerajaan dunia.
Aleksander cepat sekali termasyhur. Pada
mulanya ia hanyalah putra seorang penguasa daerah yang tidak terkenal di
Makedonia bagian utara negara Yunani modern. Tetapi sebagai seorang panglima,
ia begitu brilian sehingga ia sanggup mengalahkan tentara-tentara yang lebih
tersohor dari tentaranya sendiri, dan menjadikan dirinya kaisar tanpa tandingan
di seluruh dunia yang di kenal oleh orang-orang yang mendiami negara-negara
disekitar Laut Tengah pada waktu itu.
a.
Helenisme
Oktavinus sendiri adalah seorang ahli
strategi yang brilian. Tetapi keberhasilannya banyak ditentukan oleh adanya
kesatuan budaya yang luas di antara negara-negara yang ditaklukkannya. Di
bagian timur maupun di barat, orang menaruh harapan-harapan yang sama, mempunyai
kesempatan pendidikan yang serupa dan pandangan hidup yang hampir sama. Mereka malah
memakai bahasa yang sama, yakni bahasa Yunani.
b.
Filsafat
Aleksander telah diilhami oleh rasa cinta
terhadap para filsuf Yunani yang besar. Walaupun pada zaman perjanjian baru
pada masa kejayaan mereka telah berlalu. Dari segi intelektual, generasi yang
menggantikan para pemikir kreatif yang pertama itu tidak sama kalibernya, dan
fisafat yang sedang berkembang banyak membicarakan secara terinci hal-hal yang
bagi orang biasa tampaknya tidak penting dan tidak relevan.
c.
Agama
Banyak orang merasa lebih wajar untuk mencari
makna hidup melalui agama. Memang bagi mereka yang sungguh-sungguh menganut
Helenisme hampir tidak ada lagi yang pasti didalam hidup mereka. Di satu sisi, para
filsuf telah menciptakan sistem-sistem pemikiran yang sering sangat sulit
dimengerti, di sisi lain mereka juga mempertanyakan banyak kepercayaan
tradisional. Ada yang masih menyembah dewi-dewi Yunani dan Romawi kuno.
Di negara-negara pada pinggiran timur dunia
Helenis terdapat agama-agama kuno. Wajar saja jika orang-orang barat ingin tahu
mengenai agama-agama itu – apalagi bila agama-agama tersebut kelihatannya
sejalan dengan kesimpulan-kesimpulan filsafat Yunani yang dapat dimengerti.
1.3
Yudaisme dalam Kekaisaran Roma
Banyak orang dewasa ini menganggap Palestina
sebagai negara orang Yahudi pada zaman Perjanjian Baru. Tetapi sebenarnya
mungkin sekali lebih banyak orang Yahudi tinggal di kota seprti Aleksandria di
Mesir daripada di Yurusalem sendiri.
Pada zaman Perjanjian Lama, tanah dan rakyat
Israel merupakan satu kesatuan geografis dan nasional yang berdiri sendiri.
Perjanjian Lama pada umumnya mengisahkan tentang bagaimana leluhur orang Israel
dikumpulkan dari berbagai tempat di Timur Tengah, untuk dipersatukan dalam
warisanya bersama, yakni tanah kenaan yang dijanjikan. Teatapi pada zaman Yesus
prosesnya sedang berlangsung sebaliknya, karena orang-orang Yahudi tinggal di
seluruh dunia yang dikenal pada zaman itu. Penyebatan atau “perantauan” ini,
telah dimulai beberapa abad sebelumnya, yakni pada tahun 586 sM. Ketika
Nebukadnezar, raja Babel, menyerang kerajaan Yehuda.
1.4
Palestina dan Rakyatnya
Ketika Aleksander menaklukan dunia purba,
kebanyakan negara patuh pada kebijaksanaan Helenisme. Bagi mereka politik dan
keyakinan agama yang dianut secara teguh tidak pernah dapat diperdamaikan
dengan mudah. Ia harus disembah tanpa berhala-berhala dan menurut
peraturan-peraturan yang ditetapkan dengan cermat. Bangsa-bangsa lain dapat
menyatakan kesetiaanya terhadap Zeus hanya dengan menyembahnya di samping
dewa-dewi mereka.
a.
helenisme dan yudaisme
Semua masalah ini memuncak, di bawah
pemerintahan penguasa Yunani, Antiokhus IV Epiphanes (175 – 164 sM), setelah
kematian aleksander. Antiokhus adalah seorang anggota dinasti Selusid, dan
pendahuluan-pendahuluannya selalu memberi otonomi yang besar kepada imam besar
yang berkuasa di Yerusalem. Sayang sekali jabatan imam besar itu menjadi perebutan
kekuasaan di kalangan sendiri pada waktu Antiokhus menderita kekalahan yang
memalukan di Mesir dari orang-orang Romawi (168 sM).
b.
Orang-orang Yahudi dan Romawi
Semuanya itu terjadi hampir dua ratus tahun
sebelum zaman Yesus. Sementara itu orang Yunani telah diganti oleh orang Romawi
sebagai pihak adikuasa. Tetapi tekad orang Yahudi di Palestina tidak pernah
surut untuk melawan kompromi dalam bidang agama, dan kalau mungkin,
mempertahankan hak-hak mereka untuk merdeka.
Keberhasilan mereka melawan Antiokhus
menunjukkan kekuasaan mereka masih perlu diperhitungkan. Orang-orang Romawi
mempunyai tugas yang tidak mudah di Palestina. Sebab, Palestina merupakan pos
perbatasan bagi seluruh kerajaan mereka, dan keamanan yang langgeng di negeri
itu sangat penting bagi mereka.
c.
Herodes Agung
Kisah bagimana Herodes sampai berkuasa dan
memerintah, merupakan cerita klasik tentang persekongkolan dan kekejaman.
Sebagai seorang raja ia memperlihatkan pribadi yang aneh, suatu paduan antara
kecemerlangan diplomatik dengan kebodohan yang hampir-hampir tak masuk akal.
Sama seperti penguasa lalim lainnya, ia tidak ragu-ragu membunuh keluarganya
sekalipun. Mariamne, dihukum mati atas perintahnya; dan ia terlibat dalam
pembunuhan dua putranya sendiri, Aleksander dan Aristobulus.
d.
Ketiga Herodes
Ketika Herodes Agung meninggal pada tahun 4
sM, penguasa Roma membagi kerajaannya di antara tiga putranya. Setelah
Arkhelaus digantikan oleh seorang gubernur Romawi, terjadi banyak pembentrokan
terhadap kekuasaan Roma di Yudea. Orang-orang Yahudi makin frustasi karena
tidak dapat mengatur urusan mereka sendiri. Pada pihak lain, penguasa Romawi
makin tidak berminat untuk mengerti masalah-masalah khusus orang Yahudi.
1.5
Aliran-aliran Keagamaan
Ahli sejarah Yahudi, Yosefus, yang hidup pada
akhir abad pertama Masehi, dan yang merupakan sahabat orang Romawi,
mengutarakan bahwa ada tiga pendapat utama di kalangan orang Yahudi di
Palestina: “Filsafat Yahudi mempunyai tuga bentuk. Pengikut aliran pertama
disebut Farisi, yang kedua Saduki, dan Sekte ketiga, yang memiliki reputasi
karena disiplin yang tinggi, adalah golongan Eseni.” Ia juga menyebut golongan
keempat, yakni kaum Zelot. Golongan-golongan tersebut meungkin sekali mempunyai
sedikit anggota, namun pengaruhnya besar dalam masyarakat.
a.
Saduki
Kaum Saduki sering disebut bersama dengan
kaum Farisi, tetapi dalam kenyataannya kedua golongan terpisah dan mempunyai
pandangan yang saling bertentangan hampir dalam segala hal. Kaum Sduki hanya
merupakan kelompok kecil, tetapi sangat berpengaruh. Mereka terutama terdiri
dari para imam yang terkemuka di Bait Allah di Yerusalem dan meliputi hanya
golongan-golongan yang paling berbeda dari masyarakat Yahudi.
b.
Farisi
Kaum Farisi merupakan kelompok yang jauh
lebih besar: mungkin jumlah mereka sebanyak 6000 orang pada zaman Yesus. Banyak
dari antara mereka merupakan para ahli Perjanjian Lama, tetapi ada yang
mempunyai pekerjaan biasa. Merka merupakan organisasi nasional dengan jumlah
besar kelompok-kelompok lokal. Keberatan utama kaum Saduki kepada kaum Farisi
adalah bahwa mereka membuat sejumlah besar aturan dan peraturan untuk
menerangkan hukum Tauret.
c.
Zelot
Kaum Zelot merupakan orang-orang yang sering
terlibat dalam tindakan langsung melawan pihak Roma. Mungkin kepercayaan agama
mereka mirip dengan kaum Farisi. Tetapi keyakinan mereka yang terutama ialah
bahwa mereka tidak dapat mempunyai tuan yang lain kecuali Allah, dan oleh
karena itu orang-orang Romawi harus diusir dengan cara apapun juga.
d.
Eseni
Beberapa penulis berbicara tentang kaum
Eseni. Filo (seorang Yahudi dari Aleksandria di Mesir, yang menulis dalam
bahasa Yunani), pengaran Latin, Plinus, dan Yosefus, semuanya menyebut mereka.
Salah satu kelompok Eseni menulis dokumen-dokumen yang dikenal sebagai
naskah-naskah Laut Mati. Berpusat di Qumran dekat pinggir baratlaut Laut Mati.
Tetapi mereka kecewa dengan penyimpangan yang dilakukan oleh
penerus-penerusnya. Sebab itu mereka mengundukan diri dan hidup di persekutuan di
padang gurun, sambil berusha mempertahankan tradisi kemurnian agama dan moral,
yang mereka yakini dapat di temukan dalam Perjanjian Lama.
B. YESUS
JURUSELAMAT
2.
KELAHIRAN YESUS DAN PERMULAAN PELAYANANNYA
Kisah tentang kelahiran Yesus memperlihatkan
bahwa ahli-ahli agama, melainkan rakyat biasalah yang pertama-tama mengenali
penyelamat yang dijanjikan Allah ketika ia datang. Tema-tema yang sama
ditekankan dalam semua cerita tentang peristiwa Natal yang pertama itu –
cerita-cerita yang sudah kita kenal semuanya.
2.1
Kapankah Yesus Lahir?
Tidak mudah untuk menetukan dengan tepat
kapan Yesus dilahirkan. Menurut pemikiran yang umum, Yesus lahir antara tahun 1
sM atau tahun 1 M. Tetapi hal ini ternyata tidak benar, karena kesalahan yang
dibuat pada abad ke-6 M di dalam menghitung permulaan tarikh Masehi. Ada empat
bukti yang perlu dipertimbangkan.
·
Pertama,
menurut Matius, “Yesus dilahirkan di kota Betlehem di negeri Yudea pada masa
pemerintahan raja Hedores” (Mat 2:1, BIS) – yakni sebelum kematian Hedores
Agung pada tahun 4 sM.
·
Kedua,
Lukas lebih berminat untuk menetapkan kisahnya dalam konteks yang lebih luas
dari kekaisaran Roma; menurut laporannya Yesus dilahirkan ketika sensus pertama
dijalankan pada waktu Kirenius gubernur Siria (Luk, 2:2).
·
Ketiga,
Lukas juga membuat pertanyaan-pertanyaan yang lain tentang waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus. Ia, umpamanya,mengatakan
bahwa Yesus berumur tiga puluh tahun ketika ia dibaptis, yakni “Dalam tahun ke
lima belas dari pemerintah Kaisan Tiberus” (Luk, 3:1).
2.2
Yesus Beranjak Dewasa
Kita hanya tau sedikit sekali tentang
kehidupan Yesus sebagai anak-anak. Rumahnya yang terbuat dari tanah liat merupakan
bangunan yang terdiri hanya dari satu ruangan, dengan atap datar. Walaupun
rumah-Nya relatif sederhana, kelihatannya Yesus memperoleh pendidikan yang
baik. Ia dianggap orang yang cocok untuk membaca Perjanjian Lama dalam bahasa
Ibrani di sinagoge di Nazaret (Luk. 4:16-20), padahal tidak semua orang
seumur-Nya dapat membaca bahasa Ibrani, walaupun mereka mungkin dapat berbicara
di dalam bahasa itu. Anak-anak lelaki Yahudi biasanya dididik di sinagoge
setempat, dan Yesus tampaknya termasuk anak yang cerdas dalam kelas-Nya.
2.3
Yesus Dibaptis
Yesus datang kepada Yohanes dan min dibaptis.
Mula-mula Yohanes tidak mengizinkan Yesus ambil bagian dalam lambang pertobatan
ini. Kalau Yesus memang mempunyai hubungan istimewa dengan Allah, seperti yang
di yakini Yohanes, mengapa Ia perlu bertobat? Tetapi Yesus meyakinkan yohanes
bahwa Ia harus turut dibaptis. Yesus harus mengidentifikasikan diri-Nya dengan
orang berdosa yang mau bertobat, yang akan menjadi pengikut-Nya yang pertama.
Tentu pengalaman-Nya sewaktu dibaptis, Yesus mulai mengerti untuk pertama
kalinya hakikat hubungan istimewa-Nya
dengan Allah.
2.4
Yesus Menentukan Prioritas-Nya
Kitab-kitab Injil mengisahkan bagaimana Yesus
setelah pembaptisan-Nya ditantang untuk mengatur prioritas-Nya dengan benar
sebagai penyelamat yang dijanjikan Allah, yakni sang Mesias.
3.
SIAPA YESUS ITU?
Sebagian besar hidup Yesus dijalankan sebagai
seorang guru agama. Biasanya seorang guru agama Yahudi, yang disebut rabi, hidup mengembara. Berkeliling daru
satu tempat ke tempat yang lainnya, disertai pengikut-pengikutnya. Ajaran Yesus
benar-benar meresap ke dalam hati para pendengar-Nya. Ia bukan murid orang lain
yang hanya meneruskan apa yang didengar dari orang lain. Ia menyampaikan
hal-hal yang sama sekali baru tentang manusia dan hubungan manusia dengan
Allah. Pengajaranya yang bertentangan begitu tajam di kalangan pendengar-Nya
hanyalah tentang dua pokok. Ia yakin, Ia sendirilah penyelamat yang dijanjikan
Allah, yang sedang di tunggu-tunggu orang Yahudi. Hanya dia saja Mesias, yang
dapat membangun umat baru.
3.1
Anak Manusia
Istilah “Anak Manusia” sangat penting bagi
Yesus. Istilah tersebut dipakai empat belas kali dalam Injil Markus: tiga puluh
satu kali dalam Injil Mtius. Ternyata Yesus paling sering menggunakan istilah
Anak Manusia. Ada yang berpendapat, kalua Yesus berbicara mengenai diri-Nya sendiri
sebagai “Anak Manusia”, Ia hanya ingin menekankan bahwa sebagian tabiat-Nya
bersifat manusiawi dan biasa, sedangkan bagian lain dan tabiat-Nya itu dapat
dilukiskan dengan istilah “ Anak Allah”. Tetapi istilah “ Anak Manusia”
memp[unyai arti lebih dari itu. Ada baiknya kita melihat dahulu Perjanjian
Lama. Di sini istilah “Anak Manusia” dipkai dengan dua arti.
Pertama, sering artinya hanyalah manusia yang
dibedakan dari Allah.
Kedua, istilah ini dipakai dengan arti yang
lain dalam Daniel 7:13-14. Nats ini sama sekali tidak mengandung arti kelemahan
manusia yang dibandingkn dengan kebesaran Allah.
3.2
Anak Allah
Dari semula imam Kristen selalu mengaku Yesus
sebagai “Anak Allah”. Ini pun merupakan istilah yang dikenal secara luas pada
zaman Yesus. Orang-orang yang berbahasa Yunani sering memakai istilah itu untuk
menyambut tokoh pahlawan. Istilah “Anak Allah” juga dugunakan dalam Perjanjian
Lama. Bangsa Israel sering disebut “Anak Allah” (Hos. 11:1). Raja-raja Israel,
teristimewa mereka yang merupakan keturunan Daud, juga diberi gelar itu.
3.4
Hamba Tuhan
Mungkin kita paling baik akan menemukan
tentang siapa Allah sebenarnya melalui gelar-Nya yang terakhir – “hamba” (Yes.
52:13) – yang rupanya dikenakan Yesus kepada diri-Nya sendiri dan
pekerjaan-Nya. Karena Ia hidup dan mati dengan cara seperti yang dinubuatkan
bagi “Hamba Tuhan yang menderita” dalam kitab Yesaya, maka pengertian-Nya
tentang apa artinya menjadi Mesias sangat berbeda dengan peranan Mesias yang
dinanti-nantikan orang-orang Yahudi pada zaman-Nya. Salah satu diantaranya
adalah pemakaian “ Anak Manusia” yang sering berkaitan dengan penderitaan dan
kematian-Nya.
3.5
Implikasi
Kita telah membahas panjang lebar berbagai
istilah yang dipakai Yesus untuk menyebut diri-Nya sendiri.banyak diantaranya
sulit dimengerti secara terinci.tetapi semua mempunyai implikasi yang jelas.
Jelas dengan memakai gelar-gelar itu, Yesus menyatakan hubungan-Nya yang unik
dengan Allah dan wibawa-Nya yang unik pula. Ada yang dikatakan Yesus tentang
hubungan-Nya yang unik dengan Allah dinyatakan dalam Injil Yahones melalui
identifikasi antara Yesus dan Allah.
4. KEMATIA
YESUS
Mengapa Yesus mati? Dari semua pertanyaan
yang dapat kita ajukan tentang Yesus, mungkin tidak ada pertanyaan lain yang
dapat di jawab dengan begitu banyak cara yang berbeda. Tetapi kalau kita
melihat beberapa bagian lain dalam Perjanjian Baru, dan bertanya , “Mengapakah
Yesus mati?” maka kita akan menemukan penekanan yang agak berbeda dalam
jawaban-jawaban yang diberikan. Menurut Kisah Para Rasul, pada hari Pentakosta
Petrus berkata bahwa walaupun Yesus “kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan
bangsa-bangsa durhaka”, Ia juga telah “diserahkan Allah menurut maksud dan
rencana-Nya” (Kis. 2:23). Paulus menekankan tema yang sama dalam menyatakan
keyakinannya yang paling teguh kepada jemaat di kota Korintus, Yunani.
Jadi di dalam Perjanjian Baru sendiri
pertanyaan “Mengapa Yesus mati?” diberi dua macam jawaban: Yang pertama,
didasarkan pada fakta-fakta sejarah yang telah mengakibatkan Yesus mati. Yang
kedua, didasarkan kepada pertanyaan-pertanyaan Yesus tentang diri-Nya sendiri,
dan kepada kepercayaan jemaat mula-mula mengenai makna kematian-Nya dalam
rencana Allah bagi umat manusia.
4.1
Tinjauan Historis
Suatu pertanyaan yang sering diajukan
mengenai kitab-kitab Injil dewasa ini adalah: Apakah kitab-kitab tersebut
tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu garis besar kronologis tentang
kehidupan Yesus? Atau, apakah berbagai kisah dan ucapan sebelumnya berdiri
sendiri-sendiri telah dirangkai oleh para penulis kitab-kitab Injil dengan cara
yang paling cocok bagi tujuan mereka?.
a.
Jalan Kehidupan Yesus
Terlepas lepas dari jawaban terinci yang kita
berikan atas pertanyaan tersebut, jelaslah kita harus sanggup membuat
asumsi-asumsi tertentu mengenai jalan hidup Yesus. Misalnya kita dapat menduga
bahwa Yesus dihapus oleh Yohanes tidak lama sebelum pemulaan pelayanan-Nya.
Kita juga dapat berasumsi bahwa pelayanan-Nya bukan hanya di Galilia, wilayah
kampung halama-Nya sendiri, tetapi juga di Yudea, yakni wilayah di sekitar
Yerusalem. Lalu ada juga fakta yang tak dapat disangkalmengenai penyaliban
Yesus di Yerusalem; jadi kita dapat berasumsi beberapa waktu sebelum
kematian-Nya, Ia mengajar di Yerusalem dan sekitarnya.
b.
Yesus di Pengadilan
Kitab-kitab Injil seakan-akan melaporksan dua
proses pengadilan yang berbeda tentang Yesus. Yang satu ialah dihadapkan para
pepimpin Yahudi, ketika Ia dituduh melakukan pelanggaran agama (Yoh. 18:12-14).
Yang lain ialah di hadapakan perfek atau gubernur Roma, Pontius Pilatus, di
mana Ia dituduh melakukan pelanggaran politik.
c.
Yesus Disalibkan
Sebagaimana biasanya pada zaman itu, Dia
disalibkan dan sebuah papan dipancangkan pada kayu salib untuk menunjukan
kesalah-Nya. Orang-orang Roma berpendapat bahwa Yesus patut dihukum mati
sebagai seorang pemberontak yang menentang kekuasaan mereka. Bagi kedua-duanya,
penyaliban merupakan peristiwa sehari-hari. Satu-satunya perbedaan antara Yesus
dengan ribuan orang lain yang mati dengan cara begitu ialah bahwa Kematian-Nya
rupanya berlangsung lebih cepat, hanya dengan waktu enam jam.
4.2
Tinjauan Teologis
Generasi orang Kristen yang pertama, sama
seperti semua orang Kristen sesudahnya, yakni bahwa kematian Yesus pada kayu
salib mempunyai pengaruh luar biasa bagi hidup mereka. Mereka menyatakan bahwa
hidup mereka menjadi bermakna secara baru oleh karena apa yang telah dilakukan
Yesus dikayu salib. Mereka mengungkapkannya dengan berbagai cara yang
berbeda-beda. Ada yang mengatakan dosanya sudah diampuni. Yang lain lagi, bahwa
mereka mendapat kedamaian hati, atau bahwa merka telah didamaikan dengan Allah.
a.
Pertempuran
Kitab-kitab Injil memperlihatkan seluruh
kehidupan dan pelayanan Yesus sebagai suatu pertempuran melawan kuasa-kuasa
jahat. Walaupun kelihatannya seakan-akan Yesus kalah, perjuangan-Nya
menghasilkan kemenangan sempurna atas dosa dan maut di dalam peristiwa
kebangkitan (Kol. 2:8-15).
b.
Teladan
Banyak kidung rohani Kristen memandang
kematian Yesus sebagai suatu teladan. Hal itu dilandaskan pada kenyataan bahwa
di atas kayu salib Yesus mengungkapkan kasih Allah bagi dunia. Yesus sendiri
tidak pernah berbicara tentang salib sebagai pertanyaan kasih Allah, tetapi
Paulus dan Yohanes melakukan hal itu (Rm. 5:8; Yoh. 4:10).
Kita dapat akan banyak orang yang memberikan
hidup mereka bagi suatu tujuan yang baik tanpa memikirkan kepentingan diri
sendiri. Kita mengagumi dan menghormati, dan mungkin kita tergerak mendukung
perjuangan mereka.
b.
Persembahan Kurban
Dalam seluruh Perjanjian Baru, bahasa
pengurbanan dipakai untuk menguraikan kematian Yesus. Apa arti peristiwa
pengurbanan itu? Para penyembah di Israel kuno melakukan upacra kurban karena
kesdaran bahwa mereka terasing dari Allah oleh karena dosa dan ketidaktaatan
mereka.
d.
Tebusan
Yesus sendiri mengatakan secara gamblang
bahwa Dia hendak menjadi “tebusan” (Mrk. 10:45). “Tebusan” adalah harga yang
dibayar guna membebaskan seorang budak. Tebusan ini sering dibayar oleh pihak
ketiga. Karena orang yang dibebaskan Yesus benar-benar dibebaskan agar menjadi
milik Allah.
e.
Pengganti
Untuk membayar tebusan pada dasarnya yang
kita maksudkan ialah bahwa Ia mati menggantikan kita. Pada kayu salib Ia
melakukan bagi kita apa yang tidak dapat kita lakukan sendiri.
f.
Kesimpulan
Walaupun demikian, misteri kematian Yesus dan
maknanya yang sebenarnya, menyampaikan kepada kita dua hal yang penting tentang
Allah dan hubungannya dengan manusia: Pertama, salah satu masalah yang paling
mendesak dalam kehidupan adalah masalah kejahatan.
Kedua, salib menunjukan kepada kita harga
pengampunan dari Allah
5. KEBANGKITAN YESUS
Semua penulis Perjanjian Baru sependapat
bahwa Yesus dibangkitkan pada hari ketiga setelah kematian-Nya. Hal yang paling
mencolok mengenai kebangkitan ialah orang-orang Kristen pertama yakin
sepenuhnya akan peristiwa kebangkitan serta rangkaian peristiwa-peristiwanya.
Menurut keyakinan mereka, kebangkitan merupakan suatu kejadian yang nyata dan
historis, yang telah terjadi di dalam dunia mereka sendiri dan yang telah
memberi dampak yang luar biasa terhadap hidup mereka.
5.1
Bukti-bukti Kebangkitan
a.
Kepercyaan Jemaat Mula-mula
Para ahli telah menemukan bahwa bahasa yang
dipakai mengenai Yesus dalam khotbah-khotbah Kisah Para Rasul ini sangat
berbeda dengan bahasa yang dipakai ketika kitab itu disusun dalam bentuknya
yang terakhir. Khotbah-khotbah tersebut mencerminkan kekristenan yang masih
bersifat Yahudi dengan sepakat kepercyaan tentang Yesus yang diungkapkan secara
sederhana. Di dalamnya terdapat suatu gambaran yang pada umumnya cukup teliti
mengenai apa yang benar-benar terjadi pada masa permulaan jemaat. Menurut
gambaran ini, inti berita jemaat mula-mula adalah cerita mengenai Yesus
sendiri, yakni kedatangan-Nya untuk memenuhi janji-janji Allah, kematian-Nya di
kayu salib, dan kebangkitan-Nya.
b.
Keterangan Paulus
Bahan bukti utama yang kedua tentang
kebangkitan Yesus diberikan oleh Paulus sendiri. Pentingnya keterangan dalam
Kisah Para Rasul dapat diperdebatkan namun tidak demikian halnya dengan
keterangan yang disampaikan Paulus (1 Kor. 15) Ia pasti pasti menulis suratnya
itu tidak lebih dari dua puluh lima tahun setelah Yesus disalibkan. Kalau kita
membaca 1 Korintus 15 dan melihat konteksnya, kita menemukan bahwa tujuan utama
Paulus bukanlah untuk memberikan argumen yang beralasan agar orang dapat
percaya mengenai kebangkitan Yesus. Sebenarnya ia berusaha membantu
pembaca-pembacanya untuk mengatasi masalah-masalah tertentu yang timbul dalam
jemaat setempat. Informasi yang diberikan tentang kebangkitan Yesus dari antara
orang mati seakan-akan disampaikan secara kebetulan.
c.
Tradisi Kitab-kitab Injil
Kalau kita membaca seluruh kitab-kitab Injil,
ternyata kisah-kisah tentang kebangkitan Yesus diceritakan dengan sangat
sederhana dibandingkan dengan banyak cerita lain mengenai Dia. Tidak ada
simbolisme yang memerlukan pengetahuan khusus untuk dapat mengertinya. Tidak
ada kutipan dari Perjanjian Lama. Juga tidak ada usaha untuk mengutarakan makna
teologis peristiwa-peristiwa yang dikisahkan itu.
d.
Para Murid
Bahan bukti keempat yang mendukung terjadinya
peristiwa kebangkitan adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri mengenai keadaan
para murid setelah kematian Yesus. Pokok utama kesaksian mereka adalah bahwa
Yesus hidup dan tetap berkarya. Mereka tidak ragu-ragu menyatakan bahwa
perubahan dalam hidup mereka terjadi sebagai akibat kebangkitan-Nya.
5.2
Fakta dan Iman
Para murid dan pengikut-pengikut mereka tahu
bahwa telah terjadi sesuatu yang mengubah kehidupan mereka setelah penyaliban
guru mereka. Mereka menjelaskan perubahan itu disebabkan oleh kebangkitan-Nya.
Tiap pembaca Perjanjian Baru harus menerima hal itu, karena fakta perubahan
dalam kehidupan para murid telah terbukti dan tidak bisa diragukan lagi. Tetapi
bicara tentang “iman kebangkitan” tidak sama dengan bicara tentang “fakta
kebangkitan”.
a.
Pengalaman Subjektif
Apakah “fakta kebangkitan” merupakan
pengalaman subjektif? Salah satu reaksi yang wajar terhadap cerita-cerita
tentang kebangkitan adalah menganggap apa yang disebut “penampakan-penampakan
kebangkitan” sebagai pengalaman subjektif belaka. Kitab-kitab Injil sangat
menekankan fakta bahwa kubur-Nya kosong dan bahwa baik teman maupun musuh tidak
dapat memperlihatkan mayat Yesus. Pengalam pribadi seperti yang dialami Petrus
dan Yakobus memang dapat dianggap sebagai sesuatu yang subjektif, dan
penampakan Yesus kepada lima ratus orang ,ungkin kedengaran seperti halusinasi
massal.
b.
Karangan Teologis
Ada yang berpendapat “iman kebangkitan”
muncul karena para murid memerlukan suatu alasan teologis untuk keyakinan
mereka. Karena mereka percya bahwa Yesus adalah Mesias yang diutus Allah, maka
wajarlah orang yang menyatakan diri-Nya sebagai Mesias itu bangkit dari anatara
oran mati.
5.3
Makna Kebangkitan
Kebangkitan merupakan puncak yang wajar dari
seluruh kehidupan-Nya dan membenarkan apa yang dikatakan-Nya tentang diri-Nya
sendiri selama masa pelayanan-Nya. Peristiwa itu juga merupakan jaminan bahwa
kehidupan dan ajaran Yesus bukanlah hanya suatu bagian menarik dalam sejarah
pemikiran manusia, melainkan merupakan jalan bagi manusia untuk mengenal Allah.
Pertama, melalui kebangkitan, pernyataan Yesus tentang diri-Nya sebabagai anak
Allah terbuktu benar. Kedua, kebangkitan lebih dari sekedar pengertian baru
tentang Yesus yang disalibkan.
C. KERAJAAN
ALLAH
6. APA
KERAJAAN ALLAH ITU?
Tidak mengherankan jika orang-orang dari
berbagai lapisan masyarakat menunjukan perhatian besar terhadap
perkataan-perkataan-Nya. Inilah yang sedang ditunggu-tunggu mereka. Kerajaan
Allah yang baru, yang akhirnya akan menghancurkan kekaisaran Roma yang lama.
Mereka berharap sepenuhnya, bangsa Yahudi akan memainkan peran utama dalam
kerajaan baru ini dibawah pimpinan Mesias mereka.
6.1
Istilah “kerajaan Allah”
Apa yang dimaksud Yesus dengan ungkapan
“kerajaan Allah”? Dalam kamus, salah satu arti kata “kerajaan” ialah wilayah
kekuasaan seorang raja. Banyak teolog pada abad pertengahan, umpamnya,
mengikuti pemikiran Agustinus bahwa kerajaan Allah yang dimaksud Yesus adalah
apa yang kita sebut “jemaat”. Malahan sampai hari ini pun, ada pengkhotbah
Kristen yang bicara seakan-akan “kerajaan Allah” hanyalah istilah lain bagi
“jemaat”. Sedangkan para ahli Perjanjian Baru berpendapat yang dimaksudkan
Yesus dengan istilah “kerajaan Allah” bukanlah seperti yang disebut di atas.
“kerajaan” lebih sering berarti pemerintahan seorang raja daripada wilayah
kekuasaannya.
6.2
Umat Baru
Tetapi Yesus bermaksud bahwa begitu Allah
menguasai kehidupan seseorang, maka terbentuklah umat yang baru. Ia mengatakan
umat Allah ada “di antara” para pendengar-Nya, karena ia sendiri berada di situ
dan Allah menguasai hidup-Nya sama sekali. Namun penekanan umat baru tidak
hanya diberikan kepada hubungan pribadi antara kita dan Allah. Ada banyak
pernyataan dalam kitab-kitab Injil yang menunjukan Yesus menganggap kerajaan
Allah itu mempunyai wujud nyata disamping wujudnya sebgai pemerintahan Allah
dalam hidup pengikut-pengikut-Nya.
6.3
Eskatologi dan Kerajaan Allah
Seluruh persoalan yang mencakup hal-hal yang
kita maksudkan bila berbicara tentang umat Allah yang baru disebut
“eskatologi”. Istilah tersebut diambil dari beberapa kata bahasa Yunani yang
berarti “gagasan-gagasan tentang akhir zaman”. Tetapi eskatologi tidak hanya
menyangkut hal-hal yang akan terjadi pada hari kiamat. Eskatologi terutama
menyangkut perintah Allah dan berbagai dampak kehadiran uamat Allah yang baru,
baik terhadap kehidupan pribadi maupun terhadap masyarakat, demikian juga
terhadap akhir zaman.
a.
Eskatologi Futuris
Menurut pandangan pertama, ajaran Yesus
mencerminkan suatu “eskatologi futuris” atau “eskatologi konsisten”. Maksud
kata “futuris” di sini ialah masa depan depan dari sudut pandang Yesus dan
bukan dari sudut pandang masa kini. Ada banyak orang Kristen sekarang yang
berpegang pada “eskatologi futuris”. Mereka mengharapkan kedatangan kerajaan
Allah dalam bentuk nyata di masa depan. Tetapi bila para ahli berbicara tentang
tradisi-tradisi kitab Injil, mereka memakai istiah “futuriss” bagi
penghrapan-pengharapan Yesus sendiri tentang umat Allah yang baru dan bukan
bagi pengharapan-pengharapan umat Kristen masa kini.
b.
Eskatologi yang terwujud
“eskatologi yang terwujud”. Apa yang
dikatakan Yesus adalah datangnya umat baru dalam diri-Nya sendiri. Jadi dapat
dikatakan kedatangan Yesus adalah datangnya perintah Allah. Walaupun umat Allah
yang baru masih bertumbuh dan berkembang, namun karya Allah yang hakiki dan
yang menentukan sudah terjadi.
c.
Eskatologi Yang Mualai Terwujud
Pandangan eskatologi Yesus secara futuris
maupun terwujud, dalam arti tentu umat Allah yang baru telah datang dalam diri
Yesus, tetapi penggenapan sepenuhnya masih akan terjadi di masa depan. Jadi
ajaran Yesus mencerminkan apa yang dapat disebut “eskatologi yang mulai
terwujud”.
d.
Kesimpulan
Pertama, memang Yesus memkai bahasa dan juga
mungkin mempunyai beberapa pandangan yang sama seperti orang-orang yang
menantikan datangnya umat Allah yang baru dengan segara mulai campur tangan
Allah dalam kehidupan manusia secara langsung.
Kedua, Yesus percaya, sifat asasi umat baru
itu di ungkapkan dalam kehidupan dan karya-Nya sendiri.
Ketiga, campur tangan langsung Allah harus
dilihat bukan hanya dalam kehidupan dan pengajaran Yesus, tetapi juga dalam
kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan penganugrahan Roh Kudus kepada jemaat-Nya.
Keempat, terdapat begitu banyak keragaman
dalam bahasa yang dipakai Yesus guna melukiskan umat yang baru itu sehingga
kita hampir-hampir tidak dapat mengertinya kecuali dengan pandangan yang komprehensif.
7. GAMBARAN KERAJAAN
PERUMPAMAAN YESUS
Beberapa cerita Yesus yang paling dikenal
merupakan “perumpamaan”. Kisah-kisah seperti orang Samaria yang murah hati (Luk.
10:25-37), domba yang hilang (Mat. 18:12-14; Luk. 15:1-7), penabur yang menabur
benih diladangnya (Mat. 13:1-9; Luk. 8:4-8)
7.1
Memahami Perumpamaan
Pribahasa atau pepatah yang populer sering
disebut “perumpamaan” (parabole), misalnya
“Tidak ada sesuatu dari luar yang masuk ke dalam orang yang dapat membuat orang
itu najis. Sebaliknya, yang keluar dari seseorang itulah yang membuat dia
najis”. Pengajaran Yesus penuh dengan “perumpamaan” singkat seperti itu. Tetapi
didalam membicarakan ajaran-ajaran Yesus, lazim kita “perumpamaan” dikhususkan
bagi kisah-kisah yang diceritakan Yesus.
a.
Perumpamaan atau Alegori?
Cara tradisional untuk mengerti perumpamaan
ini adalah dengan menganggapnya sebagai “alegori”. Suatu alegori adalah uraian
terperici tentang suatu pokok, yang ditulis sedemikian rupa sehingga
seakan-akan membicrakan sesuatu yang berlainan sama sekali. Ada beberapa
alegori dalam kitab Injil, pada umumnya cara mengartikan perumpamaan seperti
itu tidak sesuai dengan maksud pengajaran Yesus. Misalnya perumpamaan orang
Semiria yang murah hati.
b.
Maksud Perumpamaan
Para ahli mulai membaca Perjanjian Baru
sebagai dokumen historis, mereka menyadari bahwa Yesus memakai
perumpamaan-perumpamaan sama seperti guru-guru lain pada zaman dahulu. Setelah
membandingkan cara Yesus mengajar dan cara penggunaan perumpamaan dalam sasta
Yunani, Adolf julicher, seorang ahli berkebangsaan Jerman, mengemukakan bahwa
Yesus memakai perumpamaan sama seperti orang pengkhotbah modern memakai
ilustrasi-ilustrasi.
7.2
Perumpamaan dan Pesannya
Makna yang tepat dalam perumpamaan sedikit
banyaknya bergantung pada apa yang kita percayai tentang keadaan umat baru itu.
Kalau kita sependapat dengan Albert Schweitzer, bahwa kerjaan Allag berati
campur tangan Allah dalam kehidupan manusia secara spektakuler dan segera, maka
perumpamaan akan dimengerti dalam konteks itu.
a.
Umat Baru dan Rajanya
Kebanyakan masyarakat dipengaruhi oleh
pemimpin-pemimpinnya. Penguasa yang bengis dan sewenang-wenang dengan mudah
dapat mengajak rakyatnya meniru sikap yang sama. Pemimpin yang liberal dan
manusiawi biasanya akan mendorong rakyatnya untuk mengikuti pandangan yang
sama. Umat baru yang dibangun Allah. Demikian halnya dengan sifat dan bentuknya
diambil dari Allah yang menjadi rajanya.
b.
Umat Baru dan Anggotanya
Menjadi umat baruyang dibicarakan Yesus,
tidak hanya memberi kita hak istimewa untuk mengenal Allah secara lebih akrab
dan pribadi, tetapi juga menurut tanggung jawab tertentu. Di dalam umat Allah
yang baru kita menikmati hidup yang baru – “hidup kekal” atau “hidup
berkelimpahan” sesuai dengan istilah yang dipakai Yesus beberapa kali dalam
Injil Yohanes (Yoh. 3:15; 6:54; 10:28; 17:3). Hidup sebagai umat Allah berati
yang diatur dan dikuasai oleh Allah. Orang-orang yang masuk kerajaan Allah melalui
petobatan dan pengampunan dosa-dosa mereka, harus mengasihi Allah dengan
kekuatannya (Mat. 22:37-38).
c.
Umat Baru dan Dunia Luar
Orang-orang yang menerima permintaan Allah
atas hidup mereka harus berbuat seperti Bapa mereka di surga. Kemurahan Allah
menjangkau bahkan orang-orang yang di anggap sampah masyarakat, dan
pengikut-pengikut-Nya harus bersikap serupa. Bagi mereka yang bersedia atas
perintah Allah atas hidup mereka, pengalaman baru ini dapat dihayati. Mereka
tidak saja mengalai hubungan yang baru dengan Allah sendiri: mereka juga
terikat satu sama lain dalam persekutuan baru yang saling melayani dan
mengasihi.
7.3
Tantanga Perumpamaan
Beberapa perumpamaan diceritakan dalam
konteks yang berbeda-beda di dalam kitab Injil. Perumpamaan domba yang hilang
dimuat di dalam Injil Lukas bersama dengan perumpamaan uang dirham yang hilang
dan anak yang hilang sebagai jawaban terhadap keluhan orang Farisi bahwa Yesus
bergaul dengan orang-orang yang tidak baik. Dan dalam Injil Matius perumpamaan
yang sama diceritakan untuk mendorong para murid supaya menjadi
“gembala-gembala” jemaat yang setia (Mat. 18:12-14). Arti sebenarnya
perumpamaan-perumpamaan ada sangkut-pautnya dengan tantangan yang dibawakannya
kepada orang-orang membaca atau mendengarnya.
8. KUASA KERAJAAN
Mukjizat Yesus
Beberapa bagian yang menonjol dalam
kitab-kitab Injil adalah kisah-kisah tentang Yesus yang melakukan mukjizat.
8.1
Memahami Mukjizat
Orang-orang percaya tidak dapat membuktikan
kebenaran mukjizat-mukjizat hanya dengan mengacu pada keyakinan-keyakinan
mereka; begitu juga orang-orang yang tidak percaya tidak dapat membuktikan
ketidak benarannya hanya dengan mengacu pada praduga-praduga mereka. Adalah
penting untuk mempertimbangkan sepenuhnya bukti yang tersedia.
8.2
Mukjizat dan Buktinya
Kita perlu meninjau semua sumber imformasi
kita secara kritis sebelum kita mempertimbangkan masalah-masalah yang lebih
umum yang menyangkut apa yang di mengerti sebagai “mukjizat”. Sebab seandainya
tidak ada bahan bukti yang kuat bahwa Yesus benar-benar mengadakan
mukjizat-mukjizat tersebut, kita dapat melupakan semua pertanyaan kita tentang
hal tersebut.
a.
Sejarah Yahudi
Yesus disebut secara eksplisit sebagai
“Kristus”, padahal Yosefus bukan seorang Kristen. Lebih banyak bukti dari
sumber Yahudi terdapat dalam Talmud Babel (Sanhedrin
43a) yang memberi tahu bahwa Yesus dieksekusi karena ia mempraktekan “ilmu
sihir” dan menyesatkan rakyat. Rupanya yang menjadi masalah bagi orang-orang
Yahudi bukanlah (fakta) kuasa
penyembuhan-Nya yang ajaib, tetapi hanya tentang sumber kuasa itu.
b.
Khotbah-khotbah Kristen yang Pertama
Tampaknya orang-orang Kristen mula-mula
percaya bahwa Yesus melakukan mukjizat-mukjizat. Bukti dari sumber-sumber
Yahudi dan Khotbah-khotbah itu menunjukan bahwa banyak orang yang percaya bahwa
Yesus melakukan tindakan-tindakan ajaib dan ternyata kepercayaan ini tidak ada
hubungannya dengan persoalan apakah mereka sendiri orang Kristen atau bukan.
8.3
Mukjizat dan Pesannya
Kalau perjanjian baru menyebut mukjizat Yesus
sebagai “tanda” pengertian simbolis seperti itu yang dimaksudkan. Pemakaian
kata “tanda” berati mukjizat-mukjizat bukan hanya di buat-buat untuk
membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias atau umat Allah yang baru sudah datang.
Sesungguhnya mukjizat-mukjizat yang lebih dari itu. Sama seperti “tanda-tanda”
yang diberikan para nabi, mukjizat-mukjizat merupakan bagian dari pemberitaan
Yesus. Mukjizat menyatakan dalam bentuk perbuatan apa yang diajarkan Yesus
dalam perumpamaannya. Sama seperti pengajaran-Nya, mukjizat-mukjizat itu
melukiskan umat Allah yang baru dan memanggil manusia untuk percaya kepada
Allah.
a.
Kedatangan Kerajaan
Kerajaan sudah terwujud dengan kedatangan
Yesus sendiri. Hal ini jelas dalam mukjizat-mukjizat Yesus, dimana kedatangan
kerajaan Allah dinyatakan dan diterangkan. Namun Yesus tidak menggunakan
mukjizat-mukjizat bagi keuntungan pribadi. Dalam mukjizat-mukjizat, Allah
menunjukan kekeuasaan-Nya sendiri supaya menyadari kedatangan kerajaan-Nya yang
sudah lama ditunggu-tunggu, yakni melalui kedatangan Yesus.
b.
Jangkauan Kerajaan
Mukjizat-mukjizat tidak hanya mewartakan
tibanya kerajaan Allah dalam arti umum, tetapi berita yang disampaikan dalam
banyak hal juga sejajar dengan pengajaran yang dismapaikan Yesus. Tidak sulit
untuk melihat bagaimana berbagi jenis mukjizat yang dilakukan Yesus bertujuan
untuk menekankan berbagai hal yang dikatakan-Nya dalam perumpamaan-perumpamaan
tentang umat Allah yang baru.
c.
Panggilan Kerajaan
Sebgaimana telah diuraikan di atas, tanpa
pertobatan daniman, arti spenuhnya dari perumpamaan-perumpamaan yang disampakan
akan tetap tersembunyi. Panggilan kerajaan Allah disajikan dengan cara yang
persis sama dengan cerita-cerita mukjizat. Iman jelas memainkan peranan penting
dalam penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan Yesus.
9. DAMPAK
KERAJAAN
AJARAN YESUS TENTANG ETIKA
Setiap masyarakat, baik primitif maupun
modern, membutuhkan peraturan-peraturan guna mengatur prilaku para anggotanya.
Pada zaman Yesus, hukum-hukum perjanjian lama yang relatif sederhana itu telah
dijadikan ruwet dengan penambahan banyak tafsiran dan penerapan secara rinci
oleh orang Yahudi. Sewaktu membaca kitab Injil, kita dapat melihat dengan jelas
Yesus juga bermaksud manusia mengenal Allah. Namun Allah yang dibicarakan-Nya
itu digambarkan agak berlainan. Ia bukanlah Allah yang menuntut agar umat-Nya
memelihara berbagai peraturan yangtidak masuk akal, melaikan Allah yang
menyatakan diri-Nya sebagai bapa sehingga seseorang dapat menjalin hubungan
pribadi dengan-Nya. Bapa adalah Allah yang mengampuni, yang memperdulikan
manusia walaupun mereka tidak sempurna moralnya.
9.1
Khotbah di Bukit
Seluruh ajaran Yesus tentang Allah dan
umat-Nya yang baru mempunyai dimensi etika. Dan khotbah di bukit (Mat. 5-7),
yang secara umum dianggap sebagai koleksi pengajaran etika yang paling
komprehensif dalam kitab-kitab Injil, sarat dan teologi. Meskipun demikian,
khotbah ini memberikan kepada kita suatu gambaran yang baik tentang kedudukan
etika dalam masyarakat baru yang hendak didirikan Yesus.
9.2
Dasar Etika Kristen
Pengajaran etika Yesus didasarkan atas
pernyataan bahwa Allah, yang menciptakan segala sesuatu dan yang berkarya dalam
sejarah Israel sebagaimana tercatat dalam perjanjian lama, dapat dikenal secara
nyata dan pribadi.
a.
Sifat Allah
Salah satu hal yang sangat khas dari
karya-karya Allah dalam sejarah Israel adalah kesediaan-Nya memperdulikan orang
yang tidak memikirkan-Nya. Etika perjanjian baru mempunyai yang persis sama.
Kenyataan bahwa sifat Allah sebagai Allah yang kudus dan Bapa yang penuh kasih
mendasari seluruh pengajaran Alkitab tentang perilaku.
b.
Umat Allah
Tema utama perjanjian lama adalah Allah telah
bertindak secara menentukan dalam sejarah umat-Nya Israel dan telah menjalin
hubungan erat dengan mereka melalu perjanjian. Ini berarti orang Israel tidak
pernah hanya bersifat sebagai individu sendiri, melainkan secara kolektif
merupakan anggota umat Allah.
9.3
Yesus Menuntut Komitmen
Ajaran Yesus dimaksudkan sebgai cara hidup
setiap orang yang menyerahkan diri pada Allah. Inilah pokok pikiran dimana etika
Yesus palin sering disalahartikan. Dalam setiap hal karunia Allah,
kasih-karunia-Nya yang diberikan secara cuma-cuma, diberikan sebelum
tuntunan-Nya aagar murid-murid-Nya melakukan sesuatu.
9.4
Yesus Memberi Kebebasan
Ajaran Yesus bukanlah suatu hukum, melainkan
suatu etika kebebasan. Setiap orang yang menerima kedaulatan Allah di dalam
umat-Nya yang baru menikmati kebebasan untuk mengenal-Nya sebgai bapa dengan
satu hubungan yang hidup
D.
KITAB-KITAB INJIL
10.
ASAL-USUL KITAB-KITAB INJIL
Kemudian kita telah berasumsi bahwa
pengetahuan tentang Yesus dapat diperoleh dari studi kitab-kitab Injil. Dengan
kata lain, walaupun kitab-kitab tersebut memang hasil jemaat mula-mula,
kitab-kitab itu tidak hanya memberitahukan kita tentang para penulisnya tetapi
juga tentang Yesus sendiri.
10.1
Apa Kitab Injil Itu?
Fakta ini sedikitnya mempunyai tiga akibat
penting bagi pengertian kita terhadap kitab-kitab Injil: Pertama, kitab-kitab
Injil merupakan kisah selektif tentang
kehidupan dan pengajaran Yesus. Kedua, karena kitab-kitab Injil
No comments:
Post a Comment
Official Virgozta